Senin, 16 Desember 2013

Mengapa Menulis dan Membaca Buku Cerita itu Penting?


“karena aku seorang pelupa maka aku mengikat ingatanku dengan menulis, karena aku seorang peragu maka kuikat keyakinanku dengan menulis”



“jika membaca tanpa menulis adalah lumpuh maka menulis tanpa membaca adalah buta”



Hhmm. Bismillah...





“Mengapa Menulis dan Membaca Buku Cerita itu Penting?”





Menurutku, membaca dan menulis merupakan komplemen, saling melengkapi satu sama lain. Layaknya “mimi lan mintuna”, tak terpisahkan.


Seperti yang telah kusebutkan sebelumnya, membaca tanpa menulis adalah lumpuh. Wae? Kenapa? Tanpa kita sadari atau mungkin ada beberapa orang yang sadar, saat membaca sebuah buku cerita imajinasi kita akan melayang mengikuti alur cerita yang disajikan oleh penulis. Saat kita telah sampai pada bagian akhir cerita, mungkin sebagian dari kita akan memiliki pemikiran-pemikiran baru. Bagaimana jika akhir ceritanya tidak seperti ini? Bagaimana jika begini? Dan bagaimana jika begitu? Nah nah, bukankah ini salah satu indikasi bahwa imajinasi kita sedang berkembang? Sayang sekali bukan jika sebuah ide tersia-siakan begitu saja? Alangkah lebih baik jika kita menuliskan ide kita? Tidak harus dibuat cerita saat itu juga. Hanya ditulis saja, barangkali suatu saat nanti ide itu bisa dikembangkan. Selanjutnya, menulis tanpa membaca adalah buta. Kenapa? Menurutku, ketika orang menuliskan sesuatu, setidaknya dia harus tahu apa yang dia tulis. Sekalipun tulisan itu adalah tulisan fiksi yang menjujung tinggi imajinasi, bukankah setidaknya harus ada manfaat didalamnya? Imajinasi yang tak terbatas dan logika yang dipadu menjadi satu, menurutku senjata ampuh untuk membuat tulisan kita lebih hidup. Membaca memberikan kita banyak informasi, ide, dan mungkin juga imajinasi dimana ketiganya merupakan bahan pokok yang diperlukan seseorang untuk menulis. Dan yang terakir,



Menulis setidaknya dapat membantuku untuk mengungkapkan segalanya tanpa perlu merasa takut bagaimana reaksi orang lain. Menulis membantuku mengungkapkan kepada dunia siapa sebenarnya aku. Banyak hal dalam hidup ini yang selalu kuinginkan, fantasi-fantasi liar dalam setiap malam-malamku yang tidak mungkin dapat kugapai semua. Karena aku sadar aku hidup dalam dunia nyata, bukan dunia fiksi maka dari itu aku menulis, mengkhayal, mengikatkankan semua khayalan dan imajinasi liarku pada sebuah media. Tersimpan rapi, dan sewaktu-waktu saat kubuka nanti akan mengingatkanku kembali tentang berapa banyak mimpiku yang terlupa dan telah teraih.



Karena aku bukanlah Tuhan, tentu saja karena Tuhan hanya ada satu. Aku bukan sutradara, tentu karena aku tidak bersekolah dijurusan perfilman atau sejenisnya. Tapi karena aku adalah aku sendiri maka tidak ada yang lain yang bisa kulakukan selain menulis. Mengatur alur-alur kehidupan tokoh-tokoh khyalanku, tanpa perlu repot dengan pandangan orang lain. Karena apa? Karena ini adalah dunia fiksi. Dunia yang kuciptakan sendiri. Dunia terliar, lebih liar dari mimpi-mimpi terliar yang ada didunia ini.




Membaca membuatku mengerti banyak hal. Membaca cerita mengajariku arti hidup dari sudut pandang yang berbeda. Saat aku harus sibuk mngejar mimpiku, dan orang lain sibuk mempertahankan hidupnya. Saat aku harus sibuk dengan segala tugasku dan orang lain jatuh cinta ataupun patah hati, sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku dapat merasakan semua itu bahkan hanya dengan membaca cerita. Membaca setidaknya membuatku berani bermimpi, bercita-cita dan berencana. Mengunjungi tempat-tempat yang ada pada setting cerita, merasakan bagaimana perasaan seorang tokoh ketika semua mimpi indahnya tercipta. Setidaknya dengan membaca saja, aku dapat mencari inspirasi baru, inspirasi untuk kehidupan nyataku.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar