Kamis, 10 Mei 2012

APA YANG TELAH DAN AKAN SAYA LAKUKAN UNTUK KELUARGAKU, BANGSAKU, DAN NEGARAKU?




Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Bapak saya adalah seorang buruh yang bekerja serabutan, dan ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga yang terkadang membantu pekerjaan dapur tetangga saya, sedang adik saya masih duduk dikelas dua SMP. Walaupun secara ekonomi keluarga saya bukan termasuk kalangan berada, namun saya bersyukur karena keluar saya dan adik saya tidak kekurangan kasih sayang. Keluarga kami selalu berlimpah kasih sayang dan perhatian satu sama lain sehingga walaupun perekonomian kami kurang, namun kami tetap merasa bahagia karena masih bisa berkumpul satu sama lain.
Bapak saya adalah seorang yang penyayang. Beliau merupakan tipe orang yang tidak banyak bicara, tenang dan selalu menyerahkan pilihan ditangan anak masing-masing namun tetap mengikutsertakan nasihat bijaknya tentunya. Bapak saya benar-benar memperhatikan keinginan anak-anaknya serta berusaha keras agar keinginan sang anak bisa tercapai. Karena tipenya yang pendiam, maka Bapak saya jarang sekali memarahi anak – anaknya. Bapak saya akan benar-benar marah ketika kelakuan saya sudah melampaui batas. Karena sifat Bapak yang demikian itu maka saya dan adik saya lebih nyaman berada didekat Bapak saya.
Ibu saya adalah sosok yang berbeda sekali denagan Bapak saya. Jika Bapak saya adalah sosok pendiam, maka Ibu saya adalah sosok yang sangat cerewet. Tapi saya kira itulah cara khas seorang ibu dalam memberikan perhatian kepada anak-anaknya, dimana terkadan sifat cerewetnya membuat saya kangen kala tidak bertemu. Ibu saya termasuk orang yang berpendirian keras, apa yang beliau katakan itulah yang harus saya lakukan saat itu juga. Terkadang saya merasa tertekan karena saya merasa ibu saya terlalu menuntut anaknya untuk melakukan ini-itu. Namun saya sadari semua itu demi kebaikan saya.
Sedangkan adik saya, adalah sosok yang haus akan perhatian menurut saya. Dia selalu menentang apa saja yang dilarang untuknya. Dia sama keras kepalanya dengan ibu saya, sehingga sering terjadi ribut-ribut kecil diantara keduanya. Menurut ibu saya sifat adik saya berbeda 180 derajat dengan saya, saya terlalu penurut sedang adik saya suka menentang. Tapi saya kira saya juga sama keras kepalanya dengan adik saya untuk beberapa hal yang menurut logika saya itu benar.
Kuliah merupakan sesuatu yang sangat mewah bagi saya. Tak pernah terlintas dibenak saya untuk bisa kuliah seperti teman-teman saya yang lain. Rasanya sudah bisa mengenyam pendidikan sampai SMA saja sudah merupakan anugerah terbesar bagi saya, mengingat keadaan perekonomian keluarga yang kurang mampu.
Saya tak pernah berfikir bagaimana dan akan kemana saya setelah lulus SMA? Pertanyaan sederhana yang kemudian membuat saya menjadi terlarut dalam kebingungan. Disatu sisi saya ingin menerima nasib apa adanya, lulus SMA dan mencari pekerjaan sebagai buruh dipabrik, seperti yang dilakukan kebanyakan oleh para saudara saya. Namun disisi lain hati saya menolak, saya berkeinginan untuk melanjutkan kuliah karena menurut saya akan sia-sia pelajaran yang sudah saya dapatkan di SMA. Setidaknya apa yang telah saya pelajari dibangku sekolah bisa saya terapkan dalam dunia kerja nantinya.
Menurut saya kemiskinan bukanlah warisan. Namun kemiskinan adalah hasil ciptaan kiata sendiri. Karena pendidikan yang kurang memadahi kita tidak mampu bersaing dalam dunia kerja, sehingga pekerjaan yang kita dapatkan adalah pekerjaan keras dimana usaha yang kita keluarkan tidak sebanding dengan gaji yang kita terima, dan untuk memenuhi kebutuhan pun gaji itu masih kurang. Keuletan serta kemauan keras untuk terus menggapai cita adalah syarat mutlak menggapai sukses disamping restu orangtua tentunya.  Saya tidak mau terjebak dalam belenggu kemiskinan yang selama ini mengungkungi keluarga saya. Saya berprinsip, dengan pendidikan yang memadahi dan kerja keras serta semangat baja, saya yakin dapat mengubah nasib keluarga saya menjadi sedikit lebih baik. Tuhan pun telah berfirman dalam kitabnya, “tidak akan berubah nasib suatu kaum kecuali ia mau merubahnya sendiri. Berpegang pada kalamullah, saya pun bertekad untuk merubah nasib saya menjadi lebih baik dengan kemampuan yang saya miliki.
Mendaftarkan diri ke bangku perkuliahan pun bukan perkara mudah. Teringat ketika akan  mendaftar masuk sekolah SMP maupun SMA saya merasa jalan hidup saya lurus-lurus saja, orang tua pun dengan mudah merestui karena biaya sekolah yang masih dapat dijangkau walaupun tetap dengan syarat sekolah yang saya tuju adalah  sekolah pilhan orang tua saya, yang mana menurut mereka inilah yang terbaik untuk saya. Namun pada saatr mendaftar di Perguruan Tinggi saya mendapat berbagai rintangan. Dari meminta persetujuan orang tua untuk melanjutkan kuliah sampai menentukan universitas mana yang cocok untuk saya.
Awalnya orangtua saya sudah mengtakan bahwa sudah tidak sanggup lagi membayar biaya kuliah saya. Sampai disitu saya sudah pasrah, apapun yang terjadi mungkin memang inilah takdir saya hanya lulusan SMA yang akhirnya menjadi buruh pabrik, atau kalau saya tidak mengindahkan larangan agama saya akan mendapat pekerjaan yang cukup layak, menjadi seorang akuntan di sebuah koperasi dimana praktek riba kental sekali terasa.
Sampai pada suatu hari saya memberanikan diri bertanya kepada teman-teman saya yang sudah mencari info beasiswa kesana kemari. Seaka-akan Tuhan telah membukakan jalan untuk saya. Ternyata banyak  beasiswa masuk perguruan tinggi negeri. Dengan mencari saat yang tepat, pelan-pelan saya mencoba mendiskusikan keinginan saya untuk kuliah dengan kedua orangtua saya. Awalnya mereka tetap menolak, karena takut apabila nanti setelah masuk saya diharuskan membayarkan sejumlah uang untuk keperluan registrasi, namun dengan berbagai cara saya coba meyakinkan kedua orangtua saya bahwa beasiswa ini benar-benar gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun. Karena keinginan saya yang kuat, akhirnya orangtua saya pun luluh juga.
Restu sudah ada, namun ternyata Tuhan ingin menguji kedewasaan saya. Pertama kali mendaftar jalur undangan saya tidak masuk seleksi. Gagal. Sakit memang. Saya ingat, kegagalan ini karena saya tidak mau mendegarkan nasihat orangtua saya untuk masuk diperguruan tinggi yang menurut mereka ini cocok untuk saya. Namun  disini saya belum kehilangan jalan, masih ada jalur ujian tulis yang menunggu didepan mata. Dengan berpegang pada pengalaman dibelakang, maka dengan percaya diri saya mendaftar lagi untuk seleksi ujian tulis di perguruan tinggi yang di sarankan oleh orangtua saya. Ternyata sekali lagi Tuhan benar-benar menguji keimanan saya, saya gagal lagi! Orangtua saya pun mulai pasrah, dan menyuruh saya untuk berhenti sampai disini saja. Namun saya tetap keras kepala dan semakin mendekatkan diri pada Sang Pengatur Alam. Saya sempat pindah haluan, ingin mendaftar ke sekolah Tinggi, namun Tuhan tetap berkehendak lain. 
Sebuah kabar gembira datang dari salah satu teman saya bahwa masih banyak lowongan mendaftar lewat jalur ujian mandiri untuk beberapa program studi, dan termasuk didalamnya prodi yang saya inginkan. Saya mulai mengumpulakn semangat lagi yang telah menipis. Tapi orangtua saya telah kembali pada keadaan semula, pasrah tidak mau tahu lagi tentang keinginan saya untuk kuliah. Namun, sekali lagi saya mencoba meyakinkan kembali orangtua saya, kali ini saya pasti berhasil. Dan kesempatan terakhir inipun saya manfaatkan dengan semaksimal mungkin, dan man jadda wa jadda, siapa yang sungguh-sungguh, maka ia akan berhasil! Pada saat seleksi penerimaan, saya dinyatakan lolos, betapa senag hati kedua orangtua saya. Saat itu seperti dunia memihak kepada saya, tapi saya belum sepenuhnya lega karena pengumuman beasiswa belum keluar. Dan ternyata Tuhan senang menguji keimanan hambanya agar senantiasa mendekatkan diri padaNya.
Dan pengumuman penerima beasiswa itupun datang juga, aku sudah pasrah pada Tuhan, apapun yang pasrah pada Tuhan, apapun yang akan terjadi pada saya setelah ini, saya yakin Tuhan telah mempersiapkan segala yang terbaik untuk saya. Tuhan benar-benar menguji saya, dalam pengumuman itu, saya masuk dalam kategori cadangan. Dengan segala kepasrahan, saya menyampaikan hasil pengumuman itu kepada kedua orangtua saya. Dan dengan kesabaran, keikhlasan dan kewibawaannya orangtua saya berpesan, “setidaknya kamu telah mencoba”.
Dan akhirnya kebahagiaan yang seutuhnya itupun datang kepada saya. Akhirnya secara resmi saya dinyatakan sebagai salah satu penerima beasiswa itu. Dan ternyata dibalik kegagalan-kegagalan yang pernah saya lalui dibelakang, membuahkan hasil yang sangat menggembirakan. Satu kegagalan menabung sepuluh kali peluang keberhasilan. Dan saya sadari, keberhasilan yang saya dapatkan ini bukan hanya hasil kerja keras saya sendiri, namun juga berkat kedua orangtua saya yang telah melakukan segalanya untuk saya. Mulai dari keikhlasan, kesabaran dan kewibawaan kedua orangtua saya  juga kerelaan orangtua saya untuk mengorbankan apa yang dimiliki sehingga dapat melihat saya tersenyum bahagia dan tentunya ini adalah jalan indah yang telah Tuhan gariskan untuk saya.
Dan satu daftar impian terbesar saya dalam hidup ini telah terpenuhi, melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi. Namun  masih banyak pr yang harus saya selesaikan secepatnya. Saya sadar sepenuhnya, bahwasannya persaingan untuk masuk keperguruan tinggi sangatlah ketat. Dan dengan kesempatan yang telah Tuhan anugerahkan kepada saya, saya akan bersungguh-sungguh dalam menempuh studi saya ini. Teringat bahwa ibu saya mengorbankan uang simpanan yang seharusnya untuk membayar baiaya sekolah adik saya malah digunakan untuk membayar biaya pendaftaran Ujian Mandiri di Perguruan Tinggi untuk saya.
Saya yakin, jika ada orang yang bersedia menghitung biaya yang dikeluarkan oleh Orangtua saya untuk memenuhi keinginan saya untuk melanjutkan pendidikan sampai ke Perguruan Tinggi, saya rasa butuh waktu lama bagi saya untuk melunasi hutang itu kepada kedua orangtua saya.
Jika ada sebuah pertanyaan sederhana muncul, “apa yang telah kamu lakukan untuk keluargamu?” maka saya sadari, belum ada hal kecil apapun yang telah saya lakukan untuk keluarga saya. Dan saat itulah saya merasa belum ada sumbangan besar yang telah saya lakukan untuk keluarga saya. Untuk sementara ini, karena status saya masih sebagai pelajar, maka tidakk ada hal lain yang bisa saya lakukan untuk keluarga saya kecuali berusaha menjadi yang terbaik serta mengusahakan apa-apa saja yang terbaik dalam proses belajar saya, sehingga saya dapat membahagiakan kedua orangtua saya dengan prestasi belajar yang telah saya dapat.
Ustadz saya pernah berkata, “tresnane wongtua marang anak segedhe klopo nanging tresnane anak marang wongtua amung segedhe upo” (cintanya orangtua terhadap anak sebesar buah kelapa, sedangkan cintanya anak terhadap orangtua hanya sebesar biji padi). Dan benar saya sadari, demikianlah keadaannya. Kedua orangtua saya telah melakukan banyak hal untuk saya, rela mengorbankan apapun demi kebahagiaan saya, namun saya merasa belum pernah bisa membahagiakan kedua orangtua saya. Dan terkadang saya masih suka mengeluh tentang apa yang telah orangtua saya usahakan untuk memenuhi kebutuhan saya. Terkadang saya menyadari bahwa sikap saya tersebut keterlaluan, saya lebih memikirkan diri saya sendiri daripada perasaan kedua orangtua saya.
 Oleh karena itu, saya merasa belum pernah sedikitpun membalas jasa kedua orangtua saya, karena sampai sekarangpun saya masih bergantung penuh kepada kedua orangtua saya. Terkadang terselip perasaan haru ketika saya harus menyaksikan kedua orangtua saya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan saya dan adik saya.
Ibu saya pernah berkata, ketika kamu telah mencapai sukses dikariermu, maka orang pertama yang harus kamu utamakan kebahagiaannya adalah kedua orangtuamu, karena kamu tidak akan pernah sukses tanpa restu dari mereka. Berbekal dari nasihat ibu saya ini, maka saya bertekad, ketika sukses telah tercapai ditangan saya maka saya ingin sekali memenuhi keinginan-keinginan kedua orangtua saya yang belum pernah tercapai.
Memuliakan kedua orangtua adalah segala-galanya. Itulah yang ingin saya lakukan untuk kedua orangtua saya. Terkadang terlintas dibenak saya, apakah kedua orangtua saya harus bekerja keras seperti ini sepanjang hidup mereka? Saya ingin, suatu saat mereka menikmati massa-massa tua mereka tanpa harus bekerja keras dan menderita memikirkan bagaimana caranya untuk memenuhi kebutuhan besok pagi, sedangkan untuk memenuhi kebutuh hari ini saja masih kurang? Saya ingin dihari tua kedua orangtua saya, mereka hanya merasa kebahagian, ketenangan dan kedamaian karena melihat anak-anak mereka sukses dengan jalannya masing-masing. Saya sadari, sebagai anak tertua dari keluarga saya, sayalah yang harus berganti bekerja untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan keluarga saya, karena bagaimanapun juga dulunya mereka telah dengan ikhlas dan sepenuh hati merawat saya dan membesarkan saya dengan penuh kasih sayang.
Keinginan terbesar saya setelah cita-cita saya tercapai dan saya mendapatkan kehidupan yang layak adalah berangkat ibadah haji ketanah suci bersama kedua orangtua saya serta keluarga saya. Sebelum saya memenuhi impian saya untuk pergi keliling indonesia bahkan sampai keliling dunia, saya ingin pergi terlebih dahulu ke kota tempat rasulullah lahir dan wafat. Menurut saya ini juga termasuk salah satu bentuk rasa syukur saya terhadap Tuhan karena apa yang saya cita-citakan telah tercapai. Entah sejak kapan datangnya keinginan ini, tapi pernah suatu ketika, pada saat saya sekeluraga sedang menonton berita jemaah haji Indonesia di Tanah suci saya bertanya kepada ibu saya, apakah ibu ingin pergi haji suatu saat nanti? Dan jawabannya tentu iya.
Sebagai anak tertua dalam keluarga saya tentunya suatu saat nanti saya harus menggaantikan peran kedua orangtua saya untuk memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga kami. Saya merasa harus bisa melakukan sesuatu yang berguna bagi kedua orangtua saya, sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan mereka, menggugurkan kewajiban mereka pada rukun islam yang kelima, dengan cara memberangkatkan haji kedua orangtua saya ketanah suci, Arab.
Tidak hanya ingin memberangkatkan kedua orangtua saya ketanah suci, saya juga ingin sekali memperbaiki rumah kakek saya, dimana selama ini saya tinggal. Kebahagiaan orang memang bukan diukur dari materi. Saya yakin, orangtua saya belum tentu merasa bahagia dengan seberapa banyak materi yang akan saya berikan kepada mereka, toh itupun tidak ada bandingannya dengan apa yang telah mereka berikan selama ini untuk saya. Mereka adalah orangtua saya yang membutuhkan kasih sayang dan perhatian khusus dari saya dan adik saya dihari tuanya. Namun, setidaknya dengan materi yang nantinya dapat saya berikan kepada kedua orangtua saya dapat membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari kedua orangtua saya dihari tuanya.
Ibu saya pernah berkata, memberikan sedikit hasil jerih payahmu kepada orangtuamu bukanlah sia-sia belaka, karena jika kamu dengan ikhlas hati memenuhi kebutuhan kedua orangtuamu dimassa tuanya, maka jalan rejekimu tidak akan pernah terputus, dan pintu-pintu rizqi itu akan selalu terbuka lebar untukmu, karena doa tulus dan ikhlas dari kedua orangtuamu yang telah dengan ikhlas kau biayai hidupnya.
Dan saya benar-benar percaya dan memegang teguh kata-kata ibu saya ini, karena telah ada satu contoh nyatanya. Adalah kakak laki-laki dari ibu saya, yang dengan ikhlas selalu memenuhi kebutuhan sehari-hari nenek saya yang statusnya sudah janda. Pun ketika almarhum kakek saya masih hidup, pak dhe saya telah melarang kakek saya untuk bekerja, dan dia berjanji akan memenuhi kebutuhan hidup kakek dan nenek saya namun pada waktu itu kakek saya menolak dengan alasan Beliau masih kuat bekerja. Dan sepeninggalan kakek saya, perkataan Pak dhe saya benar-benar direalisasikan, dan sampai sekarang usaha Pak dhe saya dapat berkembang pesat berkat doa tulus dari nenek saya.
Dan satu lagi yang ingin saya lakukan ketika saya telah mencapai sukses saya adalah membantu membiayai pendidikan adik saya. Karena bagaimanapun juga dari tahun ketahun biaya pendidikan semakin mahal saja. Setidaknya saya mampu membantu meringankan biaya pendidikan adik saya. Saya berkeingina agar adik saya juga dapat melanjutkan pendidikannya sampai kejenjang perguruan tinggi, mengingat persaingan kerja yang semakin ketat, maka saya tidak ingin adik saya hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SMA saja, yang pada akhirnya tersisihkan karena ijazahnya hanya SMA, kalau bisa diharus lebih dari saya, sehingga pada saatnya nanti, saya akan sukses bersama-sama pula dengan adik saya di bidang masing-masing yang ditekuni dan pada akhirnya membuat orangtua saya tersenyum bahagia melihat kesuksesan anak-anaknya.
Namun saya sadari, seberapa keraspun saya mencoba untuk membalas jasa-jasa mereka, saya yakin jasa itu tidak akan pernah terbayar tuntas sempurna, karna dengan kasih sayang, perhatian, doa restu yang telah diberikan kedua orangtua  saya dari kecil sampai saya dewasa tidak mungkin dapat terbayar dengan materi dan kasih sayang serta perhatian yang saya berikan dimassa tua mereka.
Dengan perhatian kasih sayang dan doa restu itu pulalah yang dapat menjadikan saya meraih sukses pada nantinya. Bagaimana cara orangtua kita mendidik dan membesarkan kita dapat mempengaruhi kehidupan kita dimasa mendatang.
Dan  saya merasa sangat beruntung dilahirkan ditengah-tengah keluarga yang kaya akan kasih sayang, walaupun lemah dalam bidang perekonomian. Karena dengan lebihnya kasih sayang yang diberikan kedua orangtua kepada kita itu dapat membentuk pribadi kita yang percaya terhadap kemampuan diri sendiri serta bermental juara.
Karena impian saya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi telah terwujud maka ada beberapa hal yang harus saya lakukan sebagai seorang mahasiswa. Mengingat biaya kuliah saya bukan merupakan biaya pribadi yang dikeluarkan oleh orangtua maupun keluarga saya, namun dari beasiswa yang dikeluarkan pemerintah melalui APBN, maka ada resiko yang harus saya tanggung, seperti saya harus mendapatkan nilai bagus dan sebagainya.
Terlepas dari itu semua, saya sadari uang APBN itu merupakan uang rakyat, dimana dalam penggunaannya harus dipertanggungjawabkan. Sebagai seorang mahasiswa mau tidak mau saya harus peduli terhadap bangsa dan negara saya, karena bagaimanapun juga saya adalah seorang pelajar, aset bangsa, generasi penerus yang akan memegang kendali negara dimasa yang akan datang.
Kemudian jika sebuah pertanyaan sederhana muncul, apa yang telah kamu lakukan untuk bangsamu? Saya kira pertanyaan ini sederhana, tapi ternyata butuh penjabaran yang ekstra untuk mengetahui apa saja yang telah saya lakukan untuk bangsa ini, bangsa Indonesia.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Namun saya kira hal seperti ini sudah lama ditinggalkan oleh bangsa kita. Seharusnya, setelah merdeka para pemimpin bangsa mengisi kemerdekaan ini dengan menjalankan pemerintahan secara baik dan benar. Membasmi praktek-praktek korupsi seperti yang telah dilakukan oleh pemerintahan Belanda ketika menduduki Indonesia.
Namun ternyata, sepeninggalan Belanda, praktik KKN masih terasa sangat kental dikalangan pemerintahan. Dari awal kepemimpinan pemerintahan Indonesia masa awal kemerdekaan sampai masa sekarang, korupsi seakan tak pernah lepas dari tubuh pemerintahan Indonesia. Dan lambat laun rakyat mulai kehilangan kepercayaan kepada pemerintahan sehingga rakyat bersikap pasif terhadap pemerintahan yang tengah berjalan.
Sikap korupsi yang dilakukan oleh para pejabat yang berwenang sebenarnya dikarenakan iman yang tidak kuat serta mereka tidak memiliki pendirian teguh untuk berada dijalan yang benar.
Sebagai seorang pelajar, maka kewajiban saya yang pertama dan utama adalah belajar. Namun belajar akademik saja menurut saya tidak cukup, tapi juga perlu dibarengi dengan iman yang teguh. Karena akademik tanpa iman akan sama halnya dengan otak besar tanpa badan sehingga akan menimbulkan tindakan tercela seperti berperilakukan KKN.
Sejauh sepengetahuan saya, saya merasa belum banyak hal yang saya lakukan untuk bangsa ini. Karena posisi saya adalah seorang pelajar, maka saya berusaha untuk belajar dengan tekun dan bersungguh-sungguh. Karena saya berada di kelompok ilmu murni jurusan Fisika, maka kemungkinan besar potensi saya adalah sebagai seorang peneliti disalah satu pusat penelitian atau pun sebagai seorang dosen. Dalam proses belajar saya, saya selalu berusaha untuk berbuat jujur dalam melakukan penelitian dan tidak bersikap manipulatif untuk mendapatkan hasil penelitian yang hampir mendekati teori sebenarnya.
Setidaknya dengan belajar jujur yang dimulai sejak usia dini, dapat membawa kita senantiasa berperilaku jujur kapanpun dan dimanapun kita berada. Dan dengan kebiasaan berperilaku jujur, maka kita akan memegang teguh prinsip hidup kita.
Berdasarkan survey hasil pemilihan umum yang dilakukan oleh sebuah lembaga survey menyatakan, tingkat partisipasi rakyat dalam pemilihan umum dari tahun ke tahun semakin menurun. Kebanyakan dari mereka lebih mementingkan urusan masing-masing. Menurut saya bangsa ini sudah jemu dengan pemerintahan yang begitu-begitu saja setiap tahun, hampir semua orang yang duduk di kursi dewan adalah orang yang sama seperti tahun-tahun yang telah lalu.
Adalah satu fakta mengejutkan tentang bangsa ini, dan mungkin ini pulalah salah satu alasan mengapa rakyat bersikap pasif terhadap pemerintahan, dan hal ini sempat saya rasakan pula saat saya diharuskan memilih calon legislatif tingkat daerah.
Saat saya melihat spanduk-spanduk yang terpampang dipinggir-pinggir jalan, saya hampir tidak mengenali mereka semua. Malahan saya juga tidak tahu apakah oran ini memang tinggal didaerah saya sebelumnya atau tidak. Dan saya kira ini pulalah yang menjadi salah satu penyebab pasifnya rakyat dalam ajang pemilihan umum.
Dan mungkin satu alasan lain mengapa bangsa ini pasif dalam pemilihan umum adalah karena rendahnya pendidikan yang mereka miliki, sehingga menyebabkan rendahnya perekonomian mereka. Mereka beranggapan memikirkan perekonomian keluarga sendiri saja sudah sulit, mengapa harus repot memikirkan pemerintahan? Toh pemerintah tidak memikirkan kita, mereka sibuk memperkaya diri masing-masing dengan mengambil uang rakyat.
Jika disatu sisi rakyat menjadi acuh tak acuh terhadap jalannya pemilihan umum, maka ada pula golongan rakyat yang memilih wakilnya hanya karena diberi sejumlah uang. Dengan kata lain, tanpa mereka sadari, mereka telah menjual hak suara mereka seharga uang dalam amplop yang mereka terima. Sungguh suatu ironi, dalam sebuah negara merdeka dimana setiap orang mempunyai hak dan kewajiban yang sejajar menggadaikan suara mereka hanya untuk kepentingan segelintir orang saja. Dan ada pula golongan yang berpendapat bahwa datang ke tempat pemungutan suara hanya untuk menggugurkan kewajiban saja.
Melihat kondisi bagsa Indonesia yang kian hari kian mengkhawatirkan ini, maka sebagai generasi penerus bangsa saya ingin membuat bangsa ini sadar bahwa keadaan negara kita tidak akan berubah menjadi lebih baik jika bangsa ini tetap pasif terhadap jalannya pemerintahan. Jika ita mau berpikir agak panjang dan rumit sedikit amak kita akn mampu mengatasi masalah-masalah pemerintahan dinegara kita. Setidaknya kita sebagai bangsa yang baik, harus ikut berpartisipasi aktif dalam kancah pemerintahana sehingga orang-orang yang duduk dikursi pemerintahan bukanlah orang yang sama itu–itu saja dalam setiap periodenya.
Sebagai seorang generasi muda, saya ingin bermanfaat tidak hanya bagi kelurga saya saja, namun juga bagi bangsa dan negara saya. Saya bercita-cita menjadi seorang peneliti dan juga seorang dosen.
Ketika nantinya saya menjadi seorang dosen, saya ingin membantu mencerdaskan kehidupan bangsa ini dengan memberikan pelayanan prima terhadap mahasiswa saya. Sehingga apa yang telah saya ketahui dan saya pelajari dapat terserap habis oleh mereka. Seharusnya menurut hukum alam, mereka harus jauh lebih berkualitas daripada saya, karena bagaimanapun juga tuntutan jaman akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan IPTEKS dan globalisasi.
Tidak berhenti sampai disitu saja, saya juga memiliki sebuah mimpi untuk membangun sebuah sanggar kegiatan belajar gratis dimana pesertanya adalah mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu namun memiliki keinginan kuat untuk belajar dan memerangi kebodohan.
Dengan memerangi kebodohan, maka kualitas sumber daya manusia indonesia akan meningkat dan menjadi layak pakai dan berdaya saing dengan sumber daya manusia yang berasal dari negara lain. Selain itu juga, dengan sumberdaya manusia yang memadahi maka sumber daya alam indonesia yang melimpah jumlahnya akan dapat dimanfaatkan secara maksimal melalui tangan-tangan bangsa sendiri. Sehingga dari sini perekonomian bangsa akan meningkat dan merata. Dengakn meningkatnya perekonomian bangsa, maka bangsa ini akan memulai memikirkan negaranya secara benar. Mereka akan membenahi sistem pemerintahan mereka, karena perekonomian yang telah mapan dan pendidikan mereka telah memadahi, sesuai tuntutan zaman.
Sebagai seorang peneliti, saya berharap dapat mengeksplor kekayaan indonesia secara maksimal dengan metode yang tepat guna dengan prinsip kita tidak hanya memanen  bahan mentahnya saja, tapi kita juga harus dapat mengolahnya menjadi barang siapa pakai. Dimana secara ekonomi terdapat perbedaan harga yang sangat mencolok antara barang mentah (bahan baku) dengan barang siap pakai.
Selain itu, saya berharap dapat menyumbangkan hasil-hasil pemikiran saya kepada bangsa ini, yang kemudian hasil-hasil pemikiran saya tersebut dapat digunakan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa ini, kehidupan bangsa indonesia.
Setelah dapat berguna bagi bangsa saya, maka target terakhir saya adalah saya dapat berguna bagi negara saya. Saya sadar sepenuhnya, bahwa negara telah membantu saya untuk membiayai kuliah saya, sehingga ini menjadikan saya harus bekerja keras untuk mewujudkan salah satu cita-cita besar saya, yaitu negara saya akan merasa bangga memiliki saya sebagai warganegara indonesia.
Namun kemudian apa yang telah saya lakukan untuk negara saya ini? Dan saya kira saya ini? Dan saya kira saya belum bisa melakukan sesuatu hal yang berarti bagsaya belum bisa melakukan sesuatu hal yang berarti bagi negara saya tercinta, indonesia.
Dalam proses hidup saya, saya mempunyai beberapa impian yang ingin saya lakukan unta tercinta, indonesia.
Dalam proses hidup saya, saya mempunyai beberapa impian yang ingin saya lakukan untuk negara saya,. Namun, tetap dalam porsi saya sebagai pelajar.
Karena saya adalah seorang pelajar, harapannya saya dapat menunjukkan prestasi terbaik saya, dan mempersembahkannya kepada negara saya. Dengan mengikuti perlombaan-perlombaan maupun  olimpiade dari tingkat regional sampai ketingkat nasional, sehingga pada akhirnya nanti sampai ke olimpiade tingkat dunia.
Mengingat kemampuan belajar fisika orang indonesia yang sangat mengesankan, terbukti dengan dimenangkanya olimpiade fisika tingkat dunia oleh siswa indonesia, saya optimis sekali bahwa suatu saat nanti saya akan menjadi salah satu di natara mereka yang menjadi perwakilan negara, membawa nama harum indonesia.
Selain itu, saya juga berkeinginan untuk dapat melanjutkan pendidikan saya ditingkat lanjut diluar negeri. Dengan mengeruk habis ilmu dari negeri orang, maka saya akan pulang membawanya ketanah air saya dan memberikan metode pembelajaran yang hampir sama untuk diterapkan kepada bangsa indonesia. Dengan begitu sistem pendidikan di indonesia dapat dibenahi sedikit demi sedikit.
Adalah sebuah fakta yang terjadi dinegara kita, mereka orang-orang indonesia yang jenius dan mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang mumpuni dibidangnya enggan bekerja di indonesia, karena anggapan mereka bahwa menjadi ilmuan di indonesia itu susah, tidak diperhatikan oleh pemerintah, sulit mendapatkan dana untuk maklakukan penelitian dan sebagainya. Sehingga pada akhirnya mereka yang mempunyai kemampuan lebih itu lebih tertarik bekerja di negeri orang daripada dinegeri sendiri dengan alsan tersebut diatas.
Tanpa mereka sadari, mereka menyebabkan kerugian bagi negara. Tapi ini bukan sepenuhnya salah mereka juga. Seharusnya negara lebih memperhatikan mereka, sehingga aset negara yang begitu berharga tidak hilang diambil negara lain.
Selain tentang pendidikan, saya juga ingin membantu mempertahankan budaya bangsa. Seharusnya masyarakat indonesia lebih mencintai kebudayaan bangsa sendiri dari pada kebudayaan orang lain. Saya kira pepatah rumput tetangga lebih hijau dibandingkan rumput sendiri patut disematkan kepada bangsa ini.
Masyarajkat indonesia berbondong-bondong mengagumi kebudayaan negara lain sementara mereka melupakan kebudayaan negaranya. Ketika salah satu negara mengklaim kebudayaan indonesia sebagai budaya asli milik mereka, bangsa ini berbondond-bondong gempar, marah, mengucapkan sumpah serapah kepada negara yang mengklaim kebudayaannya. Apakah harus dengan cara seperti ini menyadarkan bangsam kita tentang arti pentingnya melestarikan kebudayaan bangsa? Kalau harus begini caranya, bangsa ini harus benar-benar kembali kemasa penjajahan dulu, agar mereka tahu, bagaimana para pahlawan telah mengorbankan harta benda, tenaga, pikiran bahkan sampai nyawa mereka untuk merebut kemerdekaan bangsa.
Pekerjaan terbesar yang telah menunggu didepan mata yaitu menyadarkan bangsa ini untuk semakin mencintai budayanya sendiri sebelum semua kebudayaan indonesia ini benar-benar diklaim sebagai budaya milik negara lain.
Penyadaran bangsa ini tidak dapat dilkakukan secara cepat dan instan, namun membutuhkan tahapan-tahapan yang sedemikian rupa, sehingga waktu yang lumayan lama untuk melakukannya. Namun dengan adanya respon yang baik dari bangsa itu sendiri, maka pelestarian kebudayaan indonesia akan berkembang pesat.
Berbagai macam cara dapt dilakukan untuk menyadarkan bangsa untuk mencintai dan melestarikan budayanya sendiri. Semisal untuk elestarikan batik, dibuat model-model baju berbahan dasar kain batik yang dapat mencerminkan kebudayaan indonesia namun bentuknya tetap  sesuai dengan trend yang tengah beredar dimsyarakat.
Fenomena orang jawa yang tidak mengetahui bahasa jawa pun harus segera diatasi, setidaknya selain ada hari berbahasa jawa pada hari-hari tertentu, bahasa daerah juga dimasukkan dalam daftar mata kuliah umum, dimana dalam matakuliah bahasa daerah tersebut dibagi lagi menjadi bahasa daerah yang ada di nusantara sehingga khasanah bahasa daerah bangsa ini akan meningkat.
Selain itu pula acara-acara seperti kerja bakti tidak hanya dilakukan didesa-desa saja. Nmaun mulai diberlakukan pula pada kalangan masyarakat yang tinggal dikawasan perumahan. Hal ini dilakukan selain untuk memupuk kebersamaan juga untuk tali persaudaraan, sehingga antara satu orang dengan orang lainnya dapat saling mengakrabkan diri.
Selain ilmu dan budaya, kita juga harus memperhatikan sebaran penduduk yang ada di indonesia. Menurut sumber dalam buku kewarganegaraan, sebagian besar warga negara indonesia bermukim dipulau jawa yang luasnya hanya sekitar 7% dari luas keseluruhan negara indonesia. Ini merupakan suatu fakta yang sangat ironis, mengingat bahwa masih banyak pulau-pulau besar di indonesia yang lebih besar dari pulau jawa.
Kepadatan penduduk dipulau jawa yang telah melewati batas normalnya ini terjadi karena pusat pemerintahan yang berada di pulau jawa. Seharusnya, persebaran penduduk indonesia haruslah merata dari sabang sampai merauke, sehingga  perseabaran perekonomiannya merata pula.
Kita harus menyadarkan bangsa ini bahwa masih banyak daera-daerah di indonesia yang membuka peluang usaha besar, sehingga perekonomian bagnsa ini dapat tersebar dan merata sehingga menghindari kesenjangan ekonomi dan sosial.
Selain itu, masyarakat yang tinggal didaerah perbatasan dua negara harus kita perhatikan baenar-benar. Bagaimanapun juga mereka juga termasuk bangsa indonesia juga. Peningkatan kualitas pekayanan masyarakat yang menyangkut kebutuhan vital perlu dilakukan, karena jika tidak diperhatikan benar-benar, salah-salah mereka malah membuat gerakan separatis yang ingin memisah kan diri dari negara kita karena mereka beranggapan seperti dianak tirikan oleh negara sendiri.
Dengan membenahi sistem pendidikan, sistem pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya menuju arah yang lebih baik, maka sistem pertahanan dan keamanan negara ini akan semakin kuat, dengan semakin sadarnya bangsa akan hak dan kewajibannya sebagai warganeagara indonesia.
Saat sistem pertahanan dan keamanan negara telah stabil, maka negara tersebut dapat berubah menjadi negara maju karena bangsanya sudah memiliki pendidikan tinggi, perekonomian tercukupi, sadar akan mencintai kebudayaannya sendiri dan tahu posisinya sebagai warganegara yang harus mencinbtai dan menjunjung tinggi negaranya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ternyata baru sdikit sekali yang telah dapat saya lakukan untuk keluarga saya, bangsa dan negara saya.selama ini saya masih bergantung penuh pada kedua orangtua saya, juga pada negara saya.
Namun satu harapan saya bahwa semua mimpi- mipi dan keinginan yang saya tuliskan disini pada saatnya nanti dapat terwujud satu persatu. Saya dapat membahagiakan keluarga saya, terutama kedua orangtua saya, dan saya juga berharap suatu saat nanti dapat melihat negara saya bangun dari keterpurukannya dimasa sekarang ini.
Saya tahu, ini membutuhkan waktu yang lama karena mengingat umur negra kita yang masih sangat mudah. Amerika pun membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi seperti sekarang ini, sehingga  saya yakin suatu saat nanti posisi indonesia akan sejajar dengan Amerika yang sekarang ini, menjadi negara maju, perekonomian yang tersebar merata, pemerintahan yang sadar hukum dan tertata rapi, serta kebudayaan bangsa yang beraneka ragam dapat saling berdampingan satu sama lain diIndonesia ini.

1 komentar:

  1. well gerry here is the link details,ring them for advice ,say Howard h told you to ring

    BalasHapus