Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Bapak saya
adalah seorang buruh yang bekerja serabutan, dan ibu saya adalah seorang ibu
rumah tangga yang terkadang membantu pekerjaan dapur tetangga saya, sedang adik
saya masih duduk dikelas dua SMP. Walaupun secara ekonomi keluarga saya bukan
termasuk kalangan berada, namun saya bersyukur karena keluar saya dan adik saya
tidak kekurangan kasih sayang. Keluarga kami selalu berlimpah kasih sayang dan
perhatian satu sama lain sehingga walaupun perekonomian kami kurang, namun kami
tetap merasa bahagia karena masih bisa berkumpul satu sama lain.
Bapak
saya adalah seorang yang penyayang. Beliau merupakan tipe orang yang tidak
banyak bicara, tenang dan selalu menyerahkan pilihan ditangan anak
masing-masing namun tetap mengikutsertakan nasihat bijaknya tentunya. Bapak
saya benar-benar memperhatikan keinginan anak-anaknya serta berusaha keras agar
keinginan sang anak bisa tercapai. Karena tipenya yang pendiam, maka Bapak saya
jarang sekali memarahi anak – anaknya. Bapak saya akan benar-benar marah ketika
kelakuan saya sudah melampaui batas. Karena sifat Bapak yang demikian itu maka
saya dan adik saya lebih nyaman berada didekat Bapak saya.
Ibu
saya adalah sosok yang berbeda sekali denagan Bapak saya. Jika Bapak saya
adalah sosok pendiam, maka Ibu saya adalah sosok yang sangat cerewet. Tapi saya
kira itulah cara khas seorang ibu dalam memberikan perhatian kepada
anak-anaknya, dimana terkadan sifat cerewetnya membuat saya kangen kala tidak
bertemu. Ibu saya termasuk orang yang berpendirian keras, apa yang beliau
katakan itulah yang harus saya lakukan saat itu juga. Terkadang saya merasa
tertekan karena saya merasa ibu saya terlalu menuntut anaknya untuk melakukan
ini-itu. Namun saya sadari semua itu demi kebaikan saya.
Sedangkan
adik saya, adalah sosok yang haus akan perhatian menurut saya. Dia selalu
menentang apa saja yang dilarang untuknya. Dia sama keras kepalanya dengan ibu
saya, sehingga sering terjadi ribut-ribut kecil diantara keduanya. Menurut ibu
saya sifat adik saya berbeda 180 derajat dengan saya, saya terlalu penurut
sedang adik saya suka menentang. Tapi saya kira saya juga sama keras kepalanya
dengan adik saya untuk beberapa hal yang menurut logika saya itu benar.
Kuliah
merupakan sesuatu yang sangat mewah bagi saya. Tak pernah terlintas dibenak
saya untuk bisa kuliah seperti teman-teman saya yang lain. Rasanya sudah bisa
mengenyam pendidikan sampai SMA saja sudah merupakan anugerah terbesar bagi
saya, mengingat keadaan perekonomian keluarga yang kurang mampu.
Saya
tak pernah berfikir bagaimana dan akan kemana saya setelah lulus SMA?
Pertanyaan sederhana yang kemudian membuat saya menjadi terlarut dalam
kebingungan. Disatu sisi saya ingin menerima nasib apa adanya, lulus SMA dan
mencari pekerjaan sebagai buruh dipabrik, seperti yang dilakukan kebanyakan
oleh para saudara saya. Namun disisi lain hati saya menolak, saya berkeinginan
untuk melanjutkan kuliah karena menurut saya akan sia-sia pelajaran yang sudah
saya dapatkan di SMA. Setidaknya apa yang telah saya pelajari dibangku sekolah
bisa saya terapkan dalam dunia kerja nantinya.
Menurut
saya kemiskinan bukanlah warisan. Namun kemiskinan adalah hasil ciptaan kiata
sendiri. Karena pendidikan yang kurang memadahi kita tidak mampu bersaing dalam
dunia kerja, sehingga pekerjaan yang kita dapatkan adalah pekerjaan keras
dimana usaha yang kita keluarkan tidak sebanding dengan gaji yang kita terima,
dan untuk memenuhi kebutuhan pun gaji itu masih kurang. Keuletan serta kemauan
keras untuk terus menggapai cita adalah syarat mutlak menggapai sukses
disamping restu orangtua tentunya. Saya
tidak mau terjebak dalam belenggu kemiskinan yang selama ini mengungkungi
keluarga saya. Saya berprinsip, dengan pendidikan yang memadahi dan kerja keras
serta semangat baja, saya yakin dapat mengubah nasib keluarga saya menjadi
sedikit lebih baik. Tuhan pun telah berfirman dalam kitabnya, “tidak akan
berubah nasib suatu kaum kecuali ia mau merubahnya sendiri. Berpegang pada
kalamullah, saya pun bertekad untuk merubah nasib saya menjadi lebih baik
dengan kemampuan yang saya miliki.
Mendaftarkan
diri ke bangku perkuliahan pun bukan perkara mudah. Teringat ketika akan mendaftar masuk sekolah SMP maupun SMA saya
merasa jalan hidup saya lurus-lurus saja, orang tua pun dengan mudah merestui
karena biaya sekolah yang masih dapat dijangkau walaupun tetap dengan syarat
sekolah yang saya tuju adalah sekolah
pilhan orang tua saya, yang mana menurut mereka inilah yang terbaik untuk saya.
Namun pada saatr mendaftar di Perguruan Tinggi saya mendapat berbagai
rintangan. Dari meminta persetujuan orang tua untuk melanjutkan kuliah sampai
menentukan universitas mana yang cocok untuk saya.
Awalnya
orangtua saya sudah mengtakan bahwa sudah tidak sanggup lagi membayar biaya
kuliah saya. Sampai disitu saya sudah pasrah, apapun yang terjadi mungkin
memang inilah takdir saya hanya lulusan SMA yang akhirnya menjadi buruh pabrik,
atau kalau saya tidak mengindahkan larangan agama saya akan mendapat pekerjaan
yang cukup layak, menjadi seorang akuntan di sebuah koperasi dimana praktek
riba kental sekali terasa.
Sampai
pada suatu hari saya memberanikan diri bertanya kepada teman-teman saya yang
sudah mencari info beasiswa kesana kemari. Seaka-akan Tuhan telah membukakan
jalan untuk saya. Ternyata banyak
beasiswa masuk perguruan tinggi negeri. Dengan mencari saat yang tepat,
pelan-pelan saya mencoba mendiskusikan keinginan saya untuk kuliah dengan kedua
orangtua saya. Awalnya mereka tetap menolak, karena takut apabila nanti setelah
masuk saya diharuskan membayarkan sejumlah uang untuk keperluan registrasi,
namun dengan berbagai cara saya coba meyakinkan kedua orangtua saya bahwa
beasiswa ini benar-benar gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun. Karena
keinginan saya yang kuat, akhirnya orangtua saya pun luluh juga.
Restu
sudah ada, namun ternyata Tuhan ingin menguji kedewasaan saya. Pertama kali
mendaftar jalur undangan saya tidak masuk seleksi. Gagal. Sakit memang. Saya
ingat, kegagalan ini karena saya tidak mau mendegarkan nasihat orangtua saya
untuk masuk diperguruan tinggi yang menurut mereka ini cocok untuk saya. Namun disini saya belum kehilangan jalan, masih ada
jalur ujian tulis yang menunggu didepan mata. Dengan berpegang pada pengalaman
dibelakang, maka dengan percaya diri saya mendaftar lagi untuk seleksi ujian
tulis di perguruan tinggi yang di sarankan oleh orangtua saya. Ternyata sekali
lagi Tuhan benar-benar menguji keimanan saya, saya gagal lagi! Orangtua saya
pun mulai pasrah, dan menyuruh saya untuk berhenti sampai disini saja. Namun
saya tetap keras kepala dan semakin mendekatkan diri pada Sang Pengatur Alam.
Saya sempat pindah haluan, ingin mendaftar ke sekolah Tinggi, namun Tuhan tetap
berkehendak lain.
Sebuah
kabar gembira datang dari salah satu teman saya bahwa masih banyak lowongan
mendaftar lewat jalur ujian mandiri untuk beberapa program studi, dan termasuk
didalamnya prodi yang saya inginkan. Saya mulai mengumpulakn semangat lagi yang
telah menipis. Tapi orangtua saya telah kembali pada keadaan semula, pasrah
tidak mau tahu lagi tentang keinginan saya untuk kuliah. Namun, sekali lagi
saya mencoba meyakinkan kembali orangtua saya, kali ini saya pasti berhasil.
Dan kesempatan terakhir inipun saya manfaatkan dengan semaksimal mungkin, dan man jadda wa jadda, siapa yang
sungguh-sungguh, maka ia akan berhasil! Pada saat seleksi penerimaan, saya dinyatakan
lolos, betapa senag hati kedua orangtua saya. Saat itu seperti dunia memihak
kepada saya, tapi saya belum sepenuhnya lega karena pengumuman beasiswa belum
keluar. Dan ternyata Tuhan senang menguji keimanan hambanya agar senantiasa
mendekatkan diri padaNya.
Dan
pengumuman penerima beasiswa itupun datang juga, aku sudah pasrah pada Tuhan,
apapun yang pasrah pada Tuhan, apapun yang akan terjadi pada saya setelah ini,
saya yakin Tuhan telah mempersiapkan segala yang terbaik untuk saya. Tuhan
benar-benar menguji saya, dalam pengumuman itu, saya masuk dalam kategori
cadangan. Dengan segala kepasrahan, saya menyampaikan hasil pengumuman itu
kepada kedua orangtua saya. Dan dengan kesabaran, keikhlasan dan kewibawaannya
orangtua saya berpesan, “setidaknya kamu telah mencoba”.
Dan
akhirnya kebahagiaan yang seutuhnya itupun datang kepada saya. Akhirnya secara
resmi saya dinyatakan sebagai salah satu penerima beasiswa itu. Dan ternyata
dibalik kegagalan-kegagalan yang pernah saya lalui dibelakang, membuahkan hasil
yang sangat menggembirakan. Satu kegagalan menabung sepuluh kali peluang
keberhasilan. Dan saya sadari, keberhasilan yang saya dapatkan ini bukan hanya
hasil kerja keras saya sendiri, namun juga berkat kedua orangtua saya yang
telah melakukan segalanya untuk saya. Mulai dari keikhlasan, kesabaran dan
kewibawaan kedua orangtua saya juga
kerelaan orangtua saya untuk mengorbankan apa yang dimiliki sehingga dapat
melihat saya tersenyum bahagia dan tentunya ini adalah jalan indah yang telah
Tuhan gariskan untuk saya.
Dan
satu daftar impian terbesar saya dalam hidup ini telah terpenuhi, melanjutkan
pendidikan keperguruan tinggi. Namun
masih banyak pr yang harus saya selesaikan secepatnya. Saya sadar
sepenuhnya, bahwasannya persaingan untuk masuk keperguruan tinggi sangatlah
ketat. Dan dengan kesempatan yang telah Tuhan anugerahkan kepada saya, saya
akan bersungguh-sungguh dalam menempuh studi saya ini. Teringat bahwa ibu saya
mengorbankan uang simpanan yang seharusnya untuk membayar baiaya sekolah adik
saya malah digunakan untuk membayar biaya pendaftaran Ujian Mandiri di
Perguruan Tinggi untuk saya.
Saya
yakin, jika ada orang yang bersedia menghitung biaya yang dikeluarkan oleh
Orangtua saya untuk memenuhi keinginan saya untuk melanjutkan pendidikan sampai
ke Perguruan Tinggi, saya rasa butuh waktu lama bagi saya untuk melunasi hutang
itu kepada kedua orangtua saya.
Jika
ada sebuah pertanyaan sederhana muncul, “apa yang telah kamu lakukan untuk
keluargamu?” maka saya sadari, belum ada hal kecil apapun yang telah saya
lakukan untuk keluarga saya. Dan saat itulah saya merasa belum ada sumbangan
besar yang telah saya lakukan untuk keluarga saya. Untuk sementara ini, karena
status saya masih sebagai pelajar, maka tidakk ada hal lain yang bisa saya
lakukan untuk keluarga saya kecuali berusaha menjadi yang terbaik serta
mengusahakan apa-apa saja yang terbaik dalam proses belajar saya, sehingga saya
dapat membahagiakan kedua orangtua saya dengan prestasi belajar yang telah saya
dapat.
Ustadz
saya pernah berkata, “tresnane wongtua marang anak segedhe klopo nanging
tresnane anak marang wongtua amung segedhe upo” (cintanya orangtua terhadap
anak sebesar buah kelapa, sedangkan cintanya anak terhadap orangtua hanya
sebesar biji padi). Dan benar saya sadari, demikianlah keadaannya. Kedua
orangtua saya telah melakukan banyak hal untuk saya, rela mengorbankan apapun
demi kebahagiaan saya, namun saya merasa belum pernah bisa membahagiakan kedua
orangtua saya. Dan terkadang saya masih suka mengeluh tentang apa yang telah
orangtua saya usahakan untuk memenuhi kebutuhan saya. Terkadang saya menyadari
bahwa sikap saya tersebut keterlaluan, saya lebih memikirkan diri saya sendiri
daripada perasaan kedua orangtua saya.
Oleh karena itu, saya merasa belum pernah
sedikitpun membalas jasa kedua orangtua saya, karena sampai sekarangpun saya
masih bergantung penuh kepada kedua orangtua saya. Terkadang terselip perasaan
haru ketika saya harus menyaksikan kedua orangtua saya bekerja keras untuk
memenuhi kebutuhan saya dan adik saya.
Ibu
saya pernah berkata, ketika kamu telah mencapai sukses dikariermu, maka orang
pertama yang harus kamu utamakan kebahagiaannya adalah kedua orangtuamu, karena
kamu tidak akan pernah sukses tanpa restu dari mereka. Berbekal dari nasihat
ibu saya ini, maka saya bertekad, ketika sukses telah tercapai ditangan saya
maka saya ingin sekali memenuhi keinginan-keinginan kedua orangtua saya yang
belum pernah tercapai.
Memuliakan
kedua orangtua adalah segala-galanya. Itulah yang ingin saya lakukan untuk
kedua orangtua saya. Terkadang terlintas dibenak saya, apakah kedua orangtua
saya harus bekerja keras seperti ini sepanjang hidup mereka? Saya ingin, suatu
saat mereka menikmati massa-massa tua mereka tanpa harus bekerja keras dan
menderita memikirkan bagaimana caranya untuk memenuhi kebutuhan besok pagi,
sedangkan untuk memenuhi kebutuh hari ini saja masih kurang? Saya ingin dihari
tua kedua orangtua saya, mereka hanya merasa kebahagian, ketenangan dan
kedamaian karena melihat anak-anak mereka sukses dengan jalannya masing-masing.
Saya sadari, sebagai anak tertua dari keluarga saya, sayalah yang harus berganti
bekerja untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan keluarga saya, karena bagaimanapun
juga dulunya mereka telah dengan ikhlas dan sepenuh hati merawat saya dan
membesarkan saya dengan penuh kasih sayang.
Keinginan
terbesar saya setelah cita-cita saya tercapai dan saya mendapatkan kehidupan
yang layak adalah berangkat ibadah haji ketanah suci bersama kedua orangtua
saya serta keluarga saya. Sebelum saya memenuhi impian saya untuk pergi
keliling indonesia bahkan sampai keliling dunia, saya ingin pergi terlebih
dahulu ke kota tempat rasulullah lahir dan wafat. Menurut saya ini juga
termasuk salah satu bentuk rasa syukur saya terhadap Tuhan karena apa yang saya
cita-citakan telah tercapai. Entah sejak kapan datangnya keinginan ini, tapi
pernah suatu ketika, pada saat saya sekeluraga sedang menonton berita jemaah
haji Indonesia di Tanah suci saya bertanya kepada ibu saya, apakah ibu ingin
pergi haji suatu saat nanti? Dan jawabannya tentu iya.
Sebagai
anak tertua dalam keluarga saya tentunya suatu saat nanti saya harus
menggaantikan peran kedua orangtua saya untuk memenuhi kebutuhan perekonomian
keluarga kami. Saya merasa harus bisa melakukan sesuatu yang berguna bagi kedua
orangtua saya, sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan mereka, menggugurkan
kewajiban mereka pada rukun islam yang kelima, dengan cara memberangkatkan haji
kedua orangtua saya ketanah suci, Arab.
Tidak
hanya ingin memberangkatkan kedua orangtua saya ketanah suci, saya juga ingin
sekali memperbaiki rumah kakek saya, dimana selama ini saya tinggal.
Kebahagiaan orang memang bukan diukur dari materi. Saya yakin, orangtua saya
belum tentu merasa bahagia dengan seberapa banyak materi yang akan saya berikan
kepada mereka, toh itupun tidak ada bandingannya dengan apa yang telah mereka
berikan selama ini untuk saya. Mereka adalah orangtua saya yang membutuhkan
kasih sayang dan perhatian khusus dari saya dan adik saya dihari tuanya. Namun,
setidaknya dengan materi yang nantinya dapat saya berikan kepada kedua orangtua
saya dapat membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari kedua orangtua saya dihari
tuanya.
Ibu
saya pernah berkata, memberikan sedikit hasil jerih payahmu kepada orangtuamu
bukanlah sia-sia belaka, karena jika kamu dengan ikhlas hati memenuhi kebutuhan
kedua orangtuamu dimassa tuanya, maka jalan rejekimu tidak akan pernah
terputus, dan pintu-pintu rizqi itu akan selalu terbuka lebar untukmu, karena doa
tulus dan ikhlas dari kedua orangtuamu yang telah dengan ikhlas kau biayai
hidupnya.
Dan
saya benar-benar percaya dan memegang teguh kata-kata ibu saya ini, karena
telah ada satu contoh nyatanya. Adalah kakak laki-laki dari ibu saya, yang
dengan ikhlas selalu memenuhi kebutuhan sehari-hari nenek saya yang statusnya
sudah janda. Pun ketika almarhum kakek saya masih hidup, pak dhe saya telah
melarang kakek saya untuk bekerja, dan dia berjanji akan memenuhi kebutuhan
hidup kakek dan nenek saya namun pada waktu itu kakek saya menolak dengan
alasan Beliau masih kuat bekerja. Dan sepeninggalan kakek saya, perkataan Pak
dhe saya benar-benar direalisasikan, dan sampai sekarang usaha Pak dhe saya
dapat berkembang pesat berkat doa tulus dari nenek saya.
Dan
satu lagi yang ingin saya lakukan ketika saya telah mencapai sukses saya adalah
membantu membiayai pendidikan adik saya. Karena bagaimanapun juga dari tahun
ketahun biaya pendidikan semakin mahal saja. Setidaknya saya mampu membantu
meringankan biaya pendidikan adik saya. Saya berkeingina agar adik saya juga
dapat melanjutkan pendidikannya sampai kejenjang perguruan tinggi, mengingat
persaingan kerja yang semakin ketat, maka saya tidak ingin adik saya hanya
mengenyam pendidikan sampai tingkat SMA saja, yang pada akhirnya tersisihkan
karena ijazahnya hanya SMA, kalau bisa diharus lebih dari saya, sehingga pada
saatnya nanti, saya akan sukses bersama-sama pula dengan adik saya di bidang
masing-masing yang ditekuni dan pada akhirnya membuat orangtua saya tersenyum
bahagia melihat kesuksesan anak-anaknya.
Namun
saya sadari, seberapa keraspun saya mencoba untuk membalas jasa-jasa mereka,
saya yakin jasa itu tidak akan pernah terbayar tuntas sempurna, karna dengan
kasih sayang, perhatian, doa restu yang telah diberikan kedua orangtua saya dari kecil sampai saya dewasa tidak
mungkin dapat terbayar dengan materi dan kasih sayang serta perhatian yang saya
berikan dimassa tua mereka.
Dengan
perhatian kasih sayang dan doa restu itu pulalah yang dapat menjadikan saya
meraih sukses pada nantinya. Bagaimana cara orangtua kita mendidik dan
membesarkan kita dapat mempengaruhi kehidupan kita dimasa mendatang.
Dan
saya merasa sangat beruntung dilahirkan
ditengah-tengah keluarga yang kaya akan kasih sayang, walaupun lemah dalam
bidang perekonomian. Karena dengan lebihnya kasih sayang yang diberikan kedua
orangtua kepada kita itu dapat membentuk pribadi kita yang percaya terhadap
kemampuan diri sendiri serta bermental juara.
Karena
impian saya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi telah terwujud maka
ada beberapa hal yang harus saya lakukan sebagai seorang mahasiswa. Mengingat
biaya kuliah saya bukan merupakan biaya pribadi yang dikeluarkan oleh orangtua
maupun keluarga saya, namun dari beasiswa yang dikeluarkan pemerintah melalui
APBN, maka ada resiko yang harus saya tanggung, seperti saya harus mendapatkan
nilai bagus dan sebagainya.
Terlepas
dari itu semua, saya sadari uang APBN itu merupakan uang rakyat, dimana dalam
penggunaannya harus dipertanggungjawabkan. Sebagai seorang mahasiswa mau tidak
mau saya harus peduli terhadap bangsa dan negara saya, karena bagaimanapun juga
saya adalah seorang pelajar, aset bangsa, generasi penerus yang akan memegang
kendali negara dimasa yang akan datang.
Kemudian
jika sebuah pertanyaan sederhana muncul, apa yang telah kamu lakukan untuk
bangsamu? Saya kira pertanyaan ini sederhana, tapi ternyata butuh penjabaran
yang ekstra untuk mengetahui apa saja yang telah saya lakukan untuk bangsa ini,
bangsa Indonesia.
Bangsa
yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Namun saya kira
hal seperti ini sudah lama ditinggalkan oleh bangsa kita. Seharusnya, setelah merdeka
para pemimpin bangsa mengisi kemerdekaan ini dengan menjalankan pemerintahan secara
baik dan benar. Membasmi praktek-praktek korupsi seperti yang telah dilakukan
oleh pemerintahan Belanda ketika menduduki Indonesia.
Namun
ternyata, sepeninggalan Belanda, praktik KKN masih terasa sangat kental
dikalangan pemerintahan. Dari awal kepemimpinan pemerintahan Indonesia masa
awal kemerdekaan sampai masa sekarang, korupsi seakan tak pernah lepas dari
tubuh pemerintahan Indonesia. Dan lambat laun rakyat mulai kehilangan
kepercayaan kepada pemerintahan sehingga rakyat bersikap pasif terhadap pemerintahan
yang tengah berjalan.
Sikap
korupsi yang dilakukan oleh para pejabat yang berwenang sebenarnya dikarenakan
iman yang tidak kuat serta mereka tidak memiliki pendirian teguh untuk berada
dijalan yang benar.
Sebagai
seorang pelajar, maka kewajiban saya yang pertama dan utama adalah belajar.
Namun belajar akademik saja menurut saya tidak cukup, tapi juga perlu dibarengi
dengan iman yang teguh. Karena akademik tanpa iman akan sama halnya dengan otak
besar tanpa badan sehingga akan menimbulkan tindakan tercela seperti
berperilakukan KKN.
Sejauh
sepengetahuan saya, saya merasa belum banyak hal yang saya lakukan untuk bangsa
ini. Karena posisi saya adalah seorang pelajar, maka saya berusaha untuk
belajar dengan tekun dan bersungguh-sungguh. Karena saya berada di kelompok
ilmu murni jurusan Fisika, maka kemungkinan besar potensi saya adalah sebagai
seorang peneliti disalah satu pusat penelitian atau pun sebagai seorang dosen.
Dalam proses belajar saya, saya selalu berusaha untuk berbuat jujur dalam
melakukan penelitian dan tidak bersikap manipulatif untuk mendapatkan hasil
penelitian yang hampir mendekati teori sebenarnya.
Setidaknya
dengan belajar jujur yang dimulai sejak usia dini, dapat membawa kita
senantiasa berperilaku jujur kapanpun dan dimanapun kita berada. Dan dengan
kebiasaan berperilaku jujur, maka kita akan memegang teguh prinsip hidup kita.
Berdasarkan
survey hasil pemilihan umum yang dilakukan oleh sebuah lembaga survey
menyatakan, tingkat partisipasi rakyat dalam pemilihan umum dari tahun ke tahun
semakin menurun. Kebanyakan dari mereka lebih mementingkan urusan
masing-masing. Menurut saya bangsa ini sudah jemu dengan pemerintahan yang
begitu-begitu saja setiap tahun, hampir semua orang yang duduk di kursi dewan
adalah orang yang sama seperti tahun-tahun yang telah lalu.
Adalah
satu fakta mengejutkan tentang bangsa ini, dan mungkin ini pulalah salah satu
alasan mengapa rakyat bersikap pasif terhadap pemerintahan, dan hal ini sempat
saya rasakan pula saat saya diharuskan memilih calon legislatif tingkat daerah.
Saat
saya melihat spanduk-spanduk yang terpampang dipinggir-pinggir jalan, saya
hampir tidak mengenali mereka semua. Malahan saya juga tidak tahu apakah oran
ini memang tinggal didaerah saya sebelumnya atau tidak. Dan saya kira ini
pulalah yang menjadi salah satu penyebab pasifnya rakyat dalam ajang pemilihan
umum.
Dan
mungkin satu alasan lain mengapa bangsa ini pasif dalam pemilihan umum adalah
karena rendahnya pendidikan yang mereka miliki, sehingga menyebabkan rendahnya
perekonomian mereka. Mereka beranggapan memikirkan perekonomian keluarga
sendiri saja sudah sulit, mengapa harus repot memikirkan pemerintahan? Toh
pemerintah tidak memikirkan kita, mereka sibuk memperkaya diri masing-masing
dengan mengambil uang rakyat.
Jika
disatu sisi rakyat menjadi acuh tak acuh terhadap jalannya pemilihan umum, maka
ada pula golongan rakyat yang memilih wakilnya hanya karena diberi sejumlah
uang. Dengan kata lain, tanpa mereka sadari, mereka telah menjual hak suara
mereka seharga uang dalam amplop yang mereka terima. Sungguh suatu ironi, dalam
sebuah negara merdeka dimana setiap orang mempunyai hak dan kewajiban yang
sejajar menggadaikan suara mereka hanya untuk kepentingan segelintir orang
saja. Dan ada pula golongan yang berpendapat bahwa datang ke tempat pemungutan
suara hanya untuk menggugurkan kewajiban saja.
Melihat
kondisi bagsa Indonesia yang kian hari kian mengkhawatirkan ini, maka sebagai
generasi penerus bangsa saya ingin membuat bangsa ini sadar bahwa keadaan
negara kita tidak akan berubah menjadi lebih baik jika bangsa ini tetap pasif
terhadap jalannya pemerintahan. Jika ita mau berpikir agak panjang dan rumit
sedikit amak kita akn mampu mengatasi masalah-masalah pemerintahan dinegara
kita. Setidaknya kita sebagai bangsa yang baik, harus ikut berpartisipasi aktif
dalam kancah pemerintahana sehingga orang-orang yang duduk dikursi pemerintahan
bukanlah orang yang sama itu–itu saja dalam setiap periodenya.
Sebagai
seorang generasi muda, saya ingin bermanfaat tidak hanya bagi kelurga saya
saja, namun juga bagi bangsa dan negara saya. Saya bercita-cita menjadi seorang
peneliti dan juga seorang dosen.
Ketika
nantinya saya menjadi seorang dosen, saya ingin membantu mencerdaskan kehidupan
bangsa ini dengan memberikan pelayanan prima terhadap mahasiswa saya. Sehingga
apa yang telah saya ketahui dan saya pelajari dapat terserap habis oleh mereka.
Seharusnya menurut hukum alam, mereka harus jauh lebih berkualitas daripada
saya, karena bagaimanapun juga tuntutan jaman akan semakin meningkat seiring
dengan perkembangan IPTEKS dan globalisasi.
Tidak
berhenti sampai disitu saja, saya juga memiliki sebuah mimpi untuk membangun
sebuah sanggar kegiatan belajar gratis dimana pesertanya adalah mereka yang
berasal dari keluarga kurang mampu namun memiliki keinginan kuat untuk belajar
dan memerangi kebodohan.
Dengan
memerangi kebodohan, maka kualitas sumber daya manusia indonesia akan meningkat
dan menjadi layak pakai dan berdaya saing dengan sumber daya manusia yang
berasal dari negara lain. Selain itu juga, dengan sumberdaya manusia yang
memadahi maka sumber daya alam indonesia yang melimpah jumlahnya akan dapat
dimanfaatkan secara maksimal melalui tangan-tangan bangsa sendiri. Sehingga
dari sini perekonomian bangsa akan meningkat dan merata. Dengakn meningkatnya
perekonomian bangsa, maka bangsa ini akan memulai memikirkan negaranya secara
benar. Mereka akan membenahi sistem pemerintahan mereka, karena perekonomian
yang telah mapan dan pendidikan mereka telah memadahi, sesuai tuntutan zaman.
Sebagai
seorang peneliti, saya berharap dapat mengeksplor kekayaan indonesia secara
maksimal dengan metode yang tepat guna dengan prinsip kita tidak hanya
memanen bahan mentahnya saja, tapi kita
juga harus dapat mengolahnya menjadi barang siapa pakai. Dimana secara ekonomi
terdapat perbedaan harga yang sangat mencolok antara barang mentah (bahan baku)
dengan barang siap pakai.
Selain
itu, saya berharap dapat menyumbangkan hasil-hasil pemikiran saya kepada bangsa
ini, yang kemudian hasil-hasil pemikiran saya tersebut dapat digunakan dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa ini, kehidupan bangsa indonesia.
Setelah
dapat berguna bagi bangsa saya, maka target terakhir saya adalah saya dapat
berguna bagi negara saya. Saya sadar sepenuhnya, bahwa negara telah membantu
saya untuk membiayai kuliah saya, sehingga ini menjadikan saya harus bekerja
keras untuk mewujudkan salah satu cita-cita besar saya, yaitu negara saya akan
merasa bangga memiliki saya sebagai warganegara indonesia.
Namun
kemudian apa yang telah saya lakukan untuk negara saya ini? Dan saya kira saya
ini? Dan saya kira saya belum bisa melakukan sesuatu hal yang berarti bagsaya
belum bisa melakukan sesuatu hal yang berarti bagi negara saya tercinta,
indonesia.
Dalam
proses hidup saya, saya mempunyai beberapa impian yang ingin saya lakukan unta
tercinta, indonesia.
Dalam
proses hidup saya, saya mempunyai beberapa impian yang ingin saya lakukan untuk
negara saya,. Namun, tetap dalam porsi saya sebagai pelajar.
Karena
saya adalah seorang pelajar, harapannya saya dapat menunjukkan prestasi terbaik
saya, dan mempersembahkannya kepada negara saya. Dengan mengikuti
perlombaan-perlombaan maupun olimpiade
dari tingkat regional sampai ketingkat nasional, sehingga pada akhirnya nanti
sampai ke olimpiade tingkat dunia.
Mengingat
kemampuan belajar fisika orang indonesia yang sangat mengesankan, terbukti
dengan dimenangkanya olimpiade fisika tingkat dunia oleh siswa indonesia, saya
optimis sekali bahwa suatu saat nanti saya akan menjadi salah satu di natara
mereka yang menjadi perwakilan negara, membawa nama harum indonesia.
Selain
itu, saya juga berkeinginan untuk dapat melanjutkan pendidikan saya ditingkat
lanjut diluar negeri. Dengan mengeruk habis ilmu dari negeri orang, maka saya
akan pulang membawanya ketanah air saya dan memberikan metode pembelajaran yang
hampir sama untuk diterapkan kepada bangsa indonesia. Dengan begitu sistem
pendidikan di indonesia dapat dibenahi sedikit demi sedikit.
Adalah
sebuah fakta yang terjadi dinegara kita, mereka orang-orang indonesia yang
jenius dan mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang mumpuni dibidangnya enggan
bekerja di indonesia, karena anggapan mereka bahwa menjadi ilmuan di indonesia
itu susah, tidak diperhatikan oleh pemerintah, sulit mendapatkan dana untuk
maklakukan penelitian dan sebagainya. Sehingga pada akhirnya mereka yang
mempunyai kemampuan lebih itu lebih tertarik bekerja di negeri orang daripada dinegeri
sendiri dengan alsan tersebut diatas.
Tanpa
mereka sadari, mereka menyebabkan kerugian bagi negara. Tapi ini bukan
sepenuhnya salah mereka juga. Seharusnya negara lebih memperhatikan mereka,
sehingga aset negara yang begitu berharga tidak hilang diambil negara lain.
Selain
tentang pendidikan, saya juga ingin membantu mempertahankan budaya bangsa.
Seharusnya masyarakat indonesia lebih mencintai kebudayaan bangsa sendiri dari
pada kebudayaan orang lain. Saya kira pepatah rumput tetangga lebih hijau dibandingkan
rumput sendiri patut disematkan kepada bangsa ini.
Masyarajkat
indonesia berbondong-bondong mengagumi kebudayaan negara lain sementara mereka
melupakan kebudayaan negaranya. Ketika salah satu negara mengklaim kebudayaan
indonesia sebagai budaya asli milik mereka, bangsa ini berbondond-bondong
gempar, marah, mengucapkan sumpah serapah kepada negara yang mengklaim
kebudayaannya. Apakah harus dengan cara seperti ini menyadarkan bangsam kita
tentang arti pentingnya melestarikan kebudayaan bangsa? Kalau harus begini
caranya, bangsa ini harus benar-benar kembali kemasa penjajahan dulu, agar
mereka tahu, bagaimana para pahlawan telah mengorbankan harta benda, tenaga,
pikiran bahkan sampai nyawa mereka untuk merebut kemerdekaan bangsa.
Pekerjaan
terbesar yang telah menunggu didepan mata yaitu menyadarkan bangsa ini untuk
semakin mencintai budayanya sendiri sebelum semua kebudayaan indonesia ini
benar-benar diklaim sebagai budaya milik negara lain.
Penyadaran
bangsa ini tidak dapat dilkakukan secara cepat dan instan, namun membutuhkan
tahapan-tahapan yang sedemikian rupa, sehingga waktu yang lumayan lama untuk
melakukannya. Namun dengan adanya respon yang baik dari bangsa itu sendiri,
maka pelestarian kebudayaan indonesia akan berkembang pesat.
Berbagai
macam cara dapt dilakukan untuk menyadarkan bangsa untuk mencintai dan
melestarikan budayanya sendiri. Semisal untuk elestarikan batik, dibuat
model-model baju berbahan dasar kain batik yang dapat mencerminkan kebudayaan
indonesia namun bentuknya tetap sesuai
dengan trend yang tengah beredar dimsyarakat.
Fenomena
orang jawa yang tidak mengetahui bahasa jawa pun harus segera diatasi,
setidaknya selain ada hari berbahasa jawa pada hari-hari tertentu, bahasa
daerah juga dimasukkan dalam daftar mata kuliah umum, dimana dalam matakuliah
bahasa daerah tersebut dibagi lagi menjadi bahasa daerah yang ada di nusantara
sehingga khasanah bahasa daerah bangsa ini akan meningkat.
Selain
itu pula acara-acara seperti kerja bakti tidak hanya dilakukan didesa-desa
saja. Nmaun mulai diberlakukan pula pada kalangan masyarakat yang tinggal
dikawasan perumahan. Hal ini dilakukan selain untuk memupuk kebersamaan juga
untuk tali persaudaraan, sehingga antara satu orang dengan orang lainnya dapat
saling mengakrabkan diri.
Selain
ilmu dan budaya, kita juga harus memperhatikan sebaran penduduk yang ada di
indonesia. Menurut sumber dalam buku kewarganegaraan, sebagian besar warga
negara indonesia bermukim dipulau jawa yang luasnya hanya sekitar 7% dari luas
keseluruhan negara indonesia. Ini merupakan suatu fakta yang sangat ironis,
mengingat bahwa masih banyak pulau-pulau besar di indonesia yang lebih besar
dari pulau jawa.
Kepadatan
penduduk dipulau jawa yang telah melewati batas normalnya ini terjadi karena
pusat pemerintahan yang berada di pulau jawa. Seharusnya, persebaran penduduk
indonesia haruslah merata dari sabang sampai merauke, sehingga perseabaran perekonomiannya merata pula.
Kita
harus menyadarkan bangsa ini bahwa masih banyak daera-daerah di indonesia yang
membuka peluang usaha besar, sehingga perekonomian bagnsa ini dapat tersebar
dan merata sehingga menghindari kesenjangan ekonomi dan sosial.
Selain
itu, masyarakat yang tinggal didaerah perbatasan dua negara harus kita
perhatikan baenar-benar. Bagaimanapun juga mereka juga termasuk bangsa
indonesia juga. Peningkatan kualitas pekayanan masyarakat yang menyangkut
kebutuhan vital perlu dilakukan, karena jika tidak diperhatikan benar-benar,
salah-salah mereka malah membuat gerakan separatis yang ingin memisah kan diri
dari negara kita karena mereka beranggapan seperti dianak tirikan oleh negara
sendiri.
Dengan
membenahi sistem pendidikan, sistem pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya
menuju arah yang lebih baik, maka sistem pertahanan dan keamanan negara ini
akan semakin kuat, dengan semakin sadarnya bangsa akan hak dan kewajibannya
sebagai warganeagara indonesia.
Saat
sistem pertahanan dan keamanan negara telah stabil, maka negara tersebut dapat
berubah menjadi negara maju karena bangsanya sudah memiliki pendidikan tinggi,
perekonomian tercukupi, sadar akan mencintai kebudayaannya sendiri dan tahu
posisinya sebagai warganegara yang harus mencinbtai dan menjunjung tinggi
negaranya.
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ternyata baru sdikit sekali yang telah
dapat saya lakukan untuk keluarga saya, bangsa dan negara saya.selama ini saya
masih bergantung penuh pada kedua orangtua saya, juga pada negara saya.
Namun
satu harapan saya bahwa semua mimpi- mipi dan keinginan yang saya tuliskan
disini pada saatnya nanti dapat terwujud satu persatu. Saya dapat membahagiakan
keluarga saya, terutama kedua orangtua saya, dan saya juga berharap suatu saat
nanti dapat melihat negara saya bangun dari keterpurukannya dimasa sekarang
ini.
Saya
tahu, ini membutuhkan waktu yang lama karena mengingat umur negra kita yang
masih sangat mudah. Amerika pun membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi
seperti sekarang ini, sehingga saya
yakin suatu saat nanti posisi indonesia akan sejajar dengan Amerika yang
sekarang ini, menjadi negara maju, perekonomian yang tersebar merata,
pemerintahan yang sadar hukum dan tertata rapi, serta kebudayaan bangsa yang
beraneka ragam dapat saling berdampingan satu sama lain diIndonesia ini.
well gerry here is the link details,ring them for advice ,say Howard h told you to ring
BalasHapus