LAPORAN
PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
KUAT PENERANGAN
Disusun
oleh:
Nama:
Anis Stiyani
NIM:
4211411046
JURUSAN
FISIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2012
KUAT PENERANGAN
2. ABSTRAK
Cahaya
merupakan sebuah gelombang yang memiliki tingkat energi tertentu yang secara
spesifik dipelajari pada fotometri. Kuat penerangan memiliki hubungan dengan
fluks cahaya, tegangan dan jarak. Untuk mengetahui hubungan tersebut maka
dilakukanlah percobaan ini. Percobaan dilakukan dengan cara mengukur kuat
penerangan dengan berbagai variasi, yaitu variasi jarak dan tegangan. Untuk
variasi jarak dari 10 sampai 60 cm dengan interval 10 cm didapatkan hasil F=
1,92± 0,36 lumen dengan KR= 18,75%. Sedangkan utuk Variasi tegangan, digunakan
jarak r tetap pada 10cm dari sumber cahaya dengan variasi tegangan V antara 170 sampai220 VAC (tegangan naik) dengan
interval 10 VAC dan didapatkan hasil F=
48,68± 46,26 lumen dengan KR= 93% sedangkan pada tegangan turun, metodenya sama
seperti pada tegangan naik, namun variasi V-nya dimulai dari tegangan 220
sampai 170 VAC dengan interval 10 VAC dan didapatkan hasil F= 49,73± 41,03
lumen dengan KR= 82%.
3. PENDAHULUAN
I.
LATAR
BELAKANG
Pada era klasik, Newton berpendapat
bahwa cahaya merupakan sebuah partikel yang kemudian didukung oleh Einsten pada
era modern. Sedangkan ilmuan di era modern lainnya, Huygens mengatakan bahwa
cahaya merupakan sebuah gelombang yang dapat merambat tanpa medium perantara.
Cahaya mempunyai berbagai tingkat penerangan. Ilmu yang mempelajari tentang
pengukuran kuantitas cahaya ini adalah Fotometri yang merupakan cabang ilmu
astrofisika. Dalam kajian fotometri
disebutkan bahwa kuat penerangan mempunyai hubungan dengan fluks cahaya, jarak,
dan tegangan. Untuk mengetahui hubungan-hubungan tersebut maka dilakukanlah
eksperimen ini.
II.
KAJIAN
PUSTAKA
Fotometri
merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengukuran kuantitas cahaya.
Fluks cahaya (arus cahaya) F
Energi
radian yang dipancarkan oleh sumber cahaya tiap satuan waktu disebut daya
radian atau fluksi radian. Jika sumber cahaya berupa lampu yang menggunakan
tenaga listrik, tidak semua tenaga listrik berubah menjadi fluksi cahaya,
beberapa bagian terbuang akibat konduksi panas, konveksi panas dan penyerapan.
Dari fluksi radian yang muncul, hanya sebagian kecil saja yang dapat merangsang
mata normal, yaitu yang terletak pada interval panjang gelombang 400 nm sampai
700 nm. Bagian dari fluksi radian yang mempengaruhi indera penglihatan disebut
fluks cahaya dengan satuan lumen.
Jumlah banyaknya cahaya
Cahaya adalah suatu bentuk
energi. Fluks cahaya adalah jumlah
energi cahaya yang mengalir tiap satuan waktu. Banyaknya cahaya yang mengalir
dalam wktu tertentu dapat ditentukan dengan
Q = F . t
(lumen sekon = lmsk) (M-1.1)
Illuminasi (Kuat penerangan) E
Jika
fluks cahaya mengenai sebuah permukaan, maka dikatakan permukaan itu diterangi.
Illuminasi E adalah fluksi cahaya yang menyinaridaerah per satuan luas.
lumen
/ m2 (M-1.2)
Dengan
dF = fluks cahaya yang mengenai daaerah
luasan kecil
dA = daerah luasan kecil
jika
kuat penerangan sama untuk semua titik pada permukaan dengan luas tertentu, dan
F adalah fluks cahaya yang mengenai permukaan tersebut, maka:
(M-1.3)
Illuminasi
pada permukaan dapat diukur dengan menggunakan luxmeter.
Intensitas cahaya dari sebuah titik
dF
adalah fluks melalui suatu bagian dari sebuah kerucut sempit dengan sudut ruang
d steradian yang puncaknya terletak disumber.
Intensitas cahaya sumber dalam arah kerucut didefinisikan sebagai perbandingan
fluksi dF terhadap sudut ruang d, atau sebagai fluks
yang dipancarkannpersatuan ruang,
lumen/steradian(lilin) (M-1.4)
Sebuah titik sumber yang ideal
memancarkan cahaya merata kesemua arah. Jika sudut ruang total yang dibentuk
pada suatu titik sumber adalah 4 steradian, maka sebuah sumber yang mempunyai
intensitas ke semua arah I lilin (lumen/steradian) memancarkan fluks total 4I lumen.
Illuminasi yang dihasilkan oleh sebuah sumber
titik
Jika dA adakah sebuah bagian permukaan
yang membuat sudut , dengan jarak r
terhadap titik sumber S, maka intensitas I dalam arah radial radial keluar dA
adalah
dengan d = (M-1.5)
Fluks
dF dalam sudut ruang d ialah:
dF = I . d =
dengan
demikian iluminasi pada dA adalah
(M-1.6)
Bila bagian permukaan diterangi oleh
lebih dari satu sumber cahaya maka illuminasi total adalah jumlah aljabar yang
dihasilkan oleh masing-masing sumber.
Penempatan sumber terang
Sumber cahaya yang mempunyai intensitas
I lilin akan memancarkan fluks cahaya sebesar
F
= 4I
lumen (M-1.7)
Kuat
penerangan pada suatu titik sejauh r meter dari sumber cahaya dapat dianggap
sama dengan kuat penerangan pada titik di bidang bola yang berjari-jari r meter
dan berpusatkan sumber cahaya tersebut.
(Hukum
Utama Kuadrat Fotometri)
Bila bidang B terbentang n kali lebih
jauh daripada bidang A (terhadap titik tengah sumber cahaya), rB =
nrA maka kuat penerangan di B adalah
(M-1.8)
Atau
1/n2 lebih lemah daripada kuat penerangan di A.
Berdasarkan rumus utama kuadrat
fotometri dapat ditentukan bahwa besarnya kuat penerangan di titik P (bidang
sangan kecil di P yang tegak lurus terhadap r) adalah
(Hukum Cosinus Fotometri) (tim dosen
fisika dasar 2, 2010:40-43)
III.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimanakah
hubungan antara fluks cahaya dan kuat penerangan?
2. Bagaimanakah
hubungan antara jarak dan kuat penerangan?
3. Bagaimanakah
hubungan antara tegangan dan kuat penerangan?
IV.
TUJUAN
PERCOBAAN
1. Memahami
hubungan fluks cahaya dan kuat penerangan
2. Memahami
hubungan jarak dan kuat penerangan
3. Memahami
hubungan tegangan dan kuat penerangan
4.
METODE
PERCOBAAN
percobaan dilakukan dengan
metode eksperimen, sebagai berikut:
1. Mengukur
kuat penerangan E dengan tegangan V tetap dan jarak r berubah
a. Menyusun
alat dan bahan sesuai dengan petunjuk
b. Menghubungkan
slide regulator voltage ke sumber tegangan AC, kemudian menghidupkan slide
regulator serta mengatur tegangan slide regulator sehingga tegangannya menjadi
240 volt AC
c. Meletakkan
sensor luxemeter pada jarak 10 cm dari sumber cahaya
d. Mencatat
hasil pengukuran kedalam tabel pengamatan
e. Mengulangi
langkah c dan d uuntuk menvariasikan jarak dengan interaval 10 cm sampai 6 kali
percobaan.
f. Membuat
grafik hubungan kuat penerangan E dan jarak r.
g. Mencari
besarnya fluks cahaya.
2. Mengukur
kuat penerangan E dengan tegangan V berubah dan jarak r tetap.
a. Tegangan
naik
1. Menyusun
alat dan bahan sesuai dengan petunjuk
2. Meletakkan
sensor luxemeter pada jarak 10 cm dari sumber cahaya
3. Menghubungkan
slide regulator voltage ke sumber tegangan AC, kemudian menghidupkan slide
regulator serta mengatur tegangan slide regulator sehingga tegangannya menjadi
170 volt AC
4. Mencatat
hasil pengukuran kedalam tabel pengamatan
5. Mengulangi
langkah 3 dan 4 untuk menvariasikan tegangan
naik dari 170VAC sampai 220 VAC dengan interval 10 VAC
6. Membuat
grafik hubungan kuat penerangan E dan tegangan V
7. Mencari
besarnya fluks cahaya
b. Tegangan
turun
Mengulangi percobaan 2a
untuk tegangan turun dari 220 VAC sampai 170 VAC dengan interval 10 VAC.
5.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Data
Pengamatan
Untuk Variasi R, Vtetap= 60 VAC
|
||||
NO
|
R(cm)
|
E1 (lux)
|
E2 (lux)
|
E̅ (lux)
|
1
|
10
|
2
|
2
|
2
|
2
|
20
|
1
|
1
|
1
|
3
|
30
|
1
|
1
|
1
|
4
|
40
|
1
|
1
|
1
|
5
|
50
|
1
|
1
|
1
|
6
|
60
|
1
|
1
|
1
|
Untuk Variasi V, Rtetap =10 cm (tegangan naik)
|
||||
NO
|
V(volt)
|
E1 (lux)
|
E2 (lux)
|
E̅ (lux)
|
1
|
170
|
220
|
219
|
219
|
2
|
180
|
267
|
288
|
277
|
3
|
190
|
327
|
342
|
334
|
4
|
200
|
427
|
434
|
430
|
5
|
210
|
506
|
513
|
509
|
6
|
220
|
590
|
524
|
557
|
Untuk Variasi V, Rtetap =10 cm (tegangan turun)
|
||||
NO
|
V(volt)
|
E1 (lux)
|
E2 (lux)
|
E̅ (lux)
|
1
|
220
|
570
|
639
|
604
|
2
|
210
|
525
|
514
|
519
|
3
|
200
|
427
|
421
|
424
|
4
|
190
|
355
|
328
|
341
|
5
|
180
|
270
|
280
|
275
|
6
|
170
|
198
|
228
|
213
|
B.
Analisis
data
1.
Perhitungan
untuk Vtetap= 60 VAC
Untuk Variasi R, Vtetap= 60 V
|
|||||
NO
|
R(m)
|
E1 (lux)
|
E2 (lux)
|
E̅ (lux)
|
A (m2)
|
1
|
0,1
|
2
|
2
|
2
|
0,1256
|
2
|
0,2
|
1
|
1
|
1
|
0,5024
|
3
|
0,3
|
1
|
1
|
1
|
1,1304
|
4
|
0,4
|
1
|
1
|
1
|
2,0096
|
5
|
0,5
|
1
|
1
|
1
|
3,1400
|
6
|
0,6
|
1
|
1
|
1
|
4,5216
|
Berdasarkan metode
(M-1.3), maka F = E . A
dengan A= 4r2
·
F1 =
E̅1 . A1
F1=
2 . 0,1256
F1=
0,25 lumen
·
F2= E̅2. A2
F2= 1 .
0,5024
F2= 0,50
lumen
·
F3= E̅3.A3
F3=1. 1,1304
F3= 1,13
lumen
·
F4= E̅4.A4
F4= 1.
2,0096
F4=2,00
lumen
·
F5= E̅5. A5
F5= 1. 3,140
F5= 3,14
lumen
·
F6= E̅6. A6
F6= 1. 4,526
F6= 4,52
lumen
·
F̅=
F̅=
F̅= 1,92 lumen
=
=0,36
lumen
Kesalahan Relatif (KR)
= x 100%
=x 100%
= 18,75 %
Jadi,
F= 1,92± 0,36 lumen dengan KR= 18,75%
2. Perhitungan untuk rtetap=10 cm= 1 . 10-1 m
Untuk Variasi V, Rtetap =0,1 m (tegangan naik)
|
||||
NO
|
V(volt)
|
E1 (lux)
|
E2
(lux)
|
E̅ (lux)
|
1
|
170
|
220
|
219
|
219
|
2
|
180
|
267
|
288
|
277
|
3
|
190
|
327
|
342
|
334
|
4
|
200
|
427
|
434
|
430
|
5
|
210
|
506
|
513
|
509
|
6
|
220
|
590
|
524
|
557
|
Berdasarkan metode
(M-1.3), maka F = E . A
dengan A= 4r2= 4 .
3,14 . 0,1 = 0,1256 m2
F1 =
E̅1 . A
F1= 219 .
0,1256
F1= 27,50 lumen
F2=
E̅2. A
F2=
277 . 0,1256
F2=
34,79 lumen
F3=
E̅3 . A
F3=
334 . 0,1256
F3=
41,95 lumen
F4= E̅4 . A
F4=
430 . 0,1256
F4=
54, 00 lumen
F5= E̅5. A
F5=
509 . 0,1256
F5=
63,93 lumen
F6= E̅6 . A
F6=
557 . 0,1256
F6=69,95
lumen
F̅=
F̅=
F̅= 48,68 lumen
=
= 46,26 lumen
Kesalahan Relatif (KR)
= x 100%
=x 100%
= 93 %
Jadi,
F= 48,68± 46,26 lumen dengan KR= 93%
Untuk Variasi V, Rtetap =0,1 m (tegangan turun)
|
||||
NO
|
V(volt)
|
E1 (lux)
|
E2
(lux)
|
E̅ (lux)
|
1
|
220
|
570
|
639
|
604
|
2
|
210
|
525
|
514
|
519
|
3
|
200
|
427
|
421
|
424
|
4
|
190
|
355
|
328
|
341
|
5
|
180
|
270
|
280
|
275
|
6
|
170
|
198
|
228
|
213
|
Berdasarkan metode
(M-1.3), maka F = E . A
dengan A= 4r2= 4 .
3,14 . 0,1 = 0,1256 m2
F1 =
E̅1 . A
F1= 604 .
0,1256
F1= 75,86 lumen
F2=
E̅2. A
F2=
519 . 0,1256
F2=
65,18 lumen
F3=
E̅3 . A
F3=
424 . 0,1256
F3=
53,25 lumen
F4= E̅4 . A
F4=
341. 0,1256
F4=
42,82 lumen
F5= E̅5. A
F5=
275 . 0,1256
F5=
34,54 lumen
F6= E̅6 . A
F6=
213. 0,1256
F6=26,75
lumen
F̅=
F̅=
F̅= 49,73 lumen
=
= 41,03 lumen
Kesalahan Relatif (KR)
= x 100%
=x 100%
= 82 %
Jadi,
F= 49,73± 41,03 lumen dengan KR= 82%
C.
Pembahasan
Percobaan kali ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kuat penerangan dengan fluks cahaya,
tegangan dan jarak. Pada percobaan yang menvariasikan jarak dengan Vtetap,
didapatkan hasil , F= 1,92± 0,36 lumen dengan KR= 18,75%
sedangkan pada percobaan dengan jarak tetap dan tegangan di variasikan,
didapatkan hasil F= 48,68± 46,26 lumen dengan KR= 93% untuk tegangan naik, dan
F= 49,73± 41,03 lumen dengan KR= 82% untuk tegangan turun. Seharusnya hasil
pada variasi tegangan naik dan tegangan turun tersebut memiliki hasil akhir
yang sama. Namun pada percobaan ini, didapat hasil fluks cahaya yang berbeda,
karena kurang telitinya praktikan dalam melakukan praktikum. KR yang didapat
pada percobaan ini pun terlalu besar, karena adanya kekurang telitian praktikan
dalam praktikum, misalnya dikarenakan oleh ketidaktepatan praktikan dalam
membaca luxmeter dan voltmeter yang selalu berubah-ubah. Dan dari percobaan ini
dapat diketahuai bahwa semakin jauh jarak antara sumber cahaya dengan titik
sensor, maka kuat penerangannya semakin kecil. Selain itu didapatkan pula
hubungan antara tegangan dan kuat penerangan, semakin besar tegangan, maka kuat
penerangannya semakin besar pula, serta kuat penerangan berbanding lurus dengan
fluks cahaya, semakin besar fluks cahaya, maka semakin besar pula kuat
penerangannya.
6.
PENUTUP
I.
SIMPULAN
Dari percobaan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Kuat
penerangan berbanding terbalik dengan fluks cahaya
2. Kuat
penerangan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya
3. Kuat
penerangan berbanding lurus dengan tegangannya.
II.
SARAN
Sebaiknya dalam membaca luxmeter dan
voltmeter dilakukan serempak, karena angka pada voltmeter angkanya terus
bergerak- gerak maka harus ditunggu sampai voltmeter tersebut menunjukkan ngka
yang kita kehendaki serta membaca angka pada luxmeternya pula.
7.
DAFTAR
PUSTAKA
Tim
Dosen Fisika Dasar 2. 2010. Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar 2. Semarang:
Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika-FMIPA Universitas Negeri
Semarang.
Lampiran
Tugas akhir
1.
GRAFIK
F naik(lumen)
|
E̅ (lux)
|
27,5
|
219
|
34,79
|
277
|
41,95
|
334
|
54
|
430
|
63,93
|
509
|
69,95
|
557
|
F turun(lumen)
|
E̅ (lux)
|
75,86
|
604
|
65,18
|
519
|
53,25
|
424
|
42,82
|
341
|
34,54
|
275
|
26,75
|
213
|
2. Diket
F= 78 lumen
Ew= 79, 17
Dit: Q untuk t = 90 s
E?
Jawab: Q= F. t
= 78.90
= 7020
3. Diket
: lampu 40 w/220v
Efisiensi: 11,7 lumen/ watt
Titik s= 4m
R=2,3 m dari S
Dit: E?
Jawab: efisiensi= F/P
F = efisiensi . p
=
11,7. 40
= 468
X=
= 4,6
E=
F/A
= 468/4. 3,14.
4.62
= 8,10 lumen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar