BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kampus Lapangan
Geologi Karangsambung merupakan daerah kawasan tropis yang tidak luas namun
menyimpan fenomena geologi dan aneka batuan unik dan langka. Teori tentang
lempeng tektonik dapat diuji kebenarannya disini. Lokasi kampus ini juga luput dari kegiatan
gunung api muda dan relatif terhindar dari disintegrasi iklim tropis. Daerah
Karangsambung memiliki ciri khas geologi yang sangat menarik untuk dipelajari.
Pada daerah ini terdapat batuan Pra-Tersier dengan jenis batuan yang beragam
serta tatanan dan struktur geologi yang kompleks. Kondisi geologi yang kompleks
ini terbentuk karena pada daerah Karangsambung merupakan zona meratus, yaitu
daerah pertemuan antara lempeng (subduksi) yang terangkat. Lempeng yang saling bertabrakan
tersebut membentuk boudin-boudin lonjong yang membentuk formasi masing-masing
dengan jenis batuan yang beragam. Sebelum palung subduksi tersebut terangkat,
banyak jenis batan yang terendapkan dengan batuan domiannya berupa batu
lempung. Pada daerah ini juga ditemukan batuan yang berada di laut dalam,
karena proses pengangkatan pada zona palung subduksi tersebut. Geologi
Karangsambung mempunyai formasi yang khas dibandingkan dengan daerah lain. Hal
ini terlihat dari bentuk morfologi yang berbentuk lonjong dan berbukit-bukit
dengan formasi batuan yang berbeda-beda, stratigrafi daerah ini sangta khas dan
membentuk formasi yang beragam, struktur geologi pada daerah ini terdiri dari
lipatan, sesar dan kekar.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
Keadan geomorfologi daerah Karangsambung?
2. Batuan
apa saja yang terdapat di daerah Karangsambung?
C.
TUJUAN
Tujuan dari kuliah lapangan ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk
mengetahui keadaan geomorfologi daerah Karangsambung.
2. Untuk
mengidentifikasi batuan yang terdapat di daerah Karangsambung.
D.
MANFAAT
Manfaat yang diperoleh dari kuliah lapangan ini
adalah sebagai berikut:
1. Dapat
mempelajari dan menambah ilmu pengetahuan tentang geomorfologi daerah
Karangsambung.
2. Dapat
mengenali dan mengidentifikasi jenis-jenis batuan.
BAB
II
ISI
A.
GEOLOGI KARANGSAMBUNG
1. Fisiografi Regional
Daerah Karangsambung berada di
Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Batas wilayah di sebelah utara
daerah ini adalah dengan wilayah Banjarnegara, di timur berbatasan dengan
wilayah Wadaslintang, di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kebumen dan
di sebelah barat berbatasan dengan daerah Gombong.[1] Secara
geografis, daerah Karangsambung mempunyai koordinat 7⁰34’00” - 7⁰36’30” LS dan 109⁰37’00” - 109⁰44’00” BT. Secara
administratif, daerah pemetaan Gunung Paras termasuk kedalam Kecamatan
Karangsambung dan Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa
Tengah. Secara fisiografis, daerah Karangsambung termasuk ke dalam Zona
Pegunungan Serayu Selatan. [2]
Gambar1.
Peta dan batas wilayah cagar alam Karangsambung
Daerah Karangsambung memiliki
elevasi ± 11m dpl dengan
morfologi yang disebut sebagai amphitheatre, merupakan suatu antiklin
raksasa yang memiliki sumbu yang menunjam (inclined anticline) ke arah
Timur Laut yang telah mengalami erosi. Morfologi yang khas ini memanjang ke
arah Barat mulai dari daerah Klepoh hingga Kali Larangan. Sayap-sayap dari
antiklin raksasa tersebut membentuk morfologi berupa perbukitan di bagian utara
(G. Paras) dan Selatan (G.Brujul dan Bukit Selaranda) dari daerah pemetaan.
Perbukitan ini memiliki arah memanjang Timur-Barat. Sumbu antiklin tersebut
mengalami proses erosi yang membentuk morfologi berupa lembah di daerah
Karangsambung dengan adanya perbukitan-perbukitan terisolasi yang berupa tubuh
batuan beku (intrusi) dan batu gamping (Jatibungkus) serta konglomerat (Pesanggrahan).
Pada daerah pemetaan, di sebelah Barat Laut dari lembah Karangsambung, terdapat
perbukitan kompleks (Pagerbako dan Igir Kenong) yang tersusun atas lithologi
berupa fragmen-fragmen raksasa batuan metamorf ( filit) dan batu sedimen laut
dalam (perselingan rijang dan gamping merah) yang tertanam di dalam massa dasar
lempung.
Gambar
2. Peta bentukan morfologi Karangsambung
Perbedaan morfologi di daerah ini
disebabkan oleh perbedaan karakteristik geologi yang dicerminkan oleh lithologi
yang menyusun daerah tersebut yang memiliki kekerasan dan resistensi yang
berbeda-beda terhadap erosi yang akhirnya membentuk morfologi yang khas dari
daerah ini, serta pengaruh dari struktur geologi yang berupa perlipatan dan
sesar yang berkembang di daerah Karangsambung.
Daerah Karangsambung dilewati oleh
sungai besar yang disebut Sungai Luk Ulo dan sungai-sungai kecil yang bermuara
di Luk Ulo. Sungai Luk Ulo mengalir dari Utara hingga ke Selatan daerah
pemetaan (membelah perbukitan Waturanda dan Gunung Brujul) dan merupakan sungai
yang telah memasuki tahap sungai tua dicirikan oleh bentuk Luk Ulo yang
meander. Sungai Luk Ulo dan sungai-sungai kecil yang mengalir di daerah
Karangsambung juga memiliki peran penting dalam pembentukan morfologi di daerah
ini berkaitan dengan proses erosi dan sedimentasi. [2]
2. Geomorfologi Karangsambung
Geomorfologi merupakan studi
mengenai bentuk-bentuk permukaan bumi dan semua proses yang menghasilkan
bentuk-bentuk tersebut.Morfologi daerah Karangsambung merupakan perbukitan
struktural, disebut sebagi kompleks melange. Tinggian yang berada
didaerah ini antara lain adalah Gunung Waturanda, bukit Sipako, Gunung Paras,
Gunung brujul, serta bukit Jatibungkus. Penyajian melange di lapangan
Karangsambung merupakan dalam bentuk blok dengan skala ukuran dari puluhan
hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat melange yang membentukl sebuah
rangkaian pegunungan.[1]
Daerah Karangsambung oleh para ahli
geologi sering disebut sebagai lapangan terlengkap di dunia. Karangsambung
merupakan jejak-jejak tumbukan dua lempeng bumi yang terjadi 117 juta tahun
sampai 60 juta tahun yang lalu. Ia juga merupakan pertemuan lempeng Asia dengan
lempeng Hindia. Ia merupakan saksi dari peristiwa subduksi pada usia yang
sangat tua yaitu pada zaman Pra-Tersier. Di daerah ini terjadi proses subduksi
pada sekitar zaman Paleogene (Eosen, sekitar 57,8 juta sampai 36,6 juta tahun
yang lalu). Oleh karena itu, pada tempat ini terekam jejak-jejak proses
paleosubduksi yang ditunjukan oleh singkapan-singkapan batuan dengan usia tua
dan merupakan karakteristik dari komponen lempeng samudera. Karangsambung
merupakan tempat singkapan batuan terbesar batuan-batuan dari zaman Pre-Tersier
yang terkenal dengan sebutan Luk Ulo Melange Complex , suatu melange yang
berhubungan dengan subduksi pada zaman Crateceous (145.5 ± 4.0 hingga 65.5 ±
0.3 juta tahunyang lalu) yang diperkirakan berumur 117 juta tahun.
Tersingkapnya batuan melange di
daerah Karangsambung ini disebabkan oleh adanya tektonik kompresional yang
menyebabkan daerah tersebut dipotong oleh sejumlah sesar-sesar naik disamping
adanya pengangkatan dan proses erosi yang intensif. Apabila diperhatikan bahwa
posisi batuan melange ini dijumpai di sekitar inti lipatan antiklin dan di
sekitar zona sesar naik dan kenyataannya pada saat sekarang posisi inti lipatan
ini berada di bagian lembah yang didalamnya mengalir aliran sungai Luk Ulo yang
menunjukan bahwa di daerah tersebut proses erosi berlangsung lebih intensif.
Melange Luk Ulo didefinisikan oleh Asikin
(1974) sebagai percampuran tektonik dari batuan yang mempunyai lingkungan
berbeda, sebagai hasil dari proses subduksi antara Lempeng Indo-Australia yang
menunjam di bawah Lempeng Benua Asia Tenggara, yang terjadi pada Kala Kapur
Atas-Paleosen. Melange tektonik ini litologinya terdiri atas batuan metamorf,
batuan basa dan ultra basa, batuan sedimen laut dalam (sedimen pelagic) yang
seluruhnya mengambang di dalam masa dasar lempung hitam yang tergerus (Scally
clay). Selanjutnya penulis ini membagi kompleks melange menjadi dua satuan
berdasarkan sifat dominansi fragmenya, yaitu Satuan Seboro dan Satuan
Jatisamit. Kedua satuan tersebut mempunyai karakteristik yang sama yaitu masa
dasarnya merupakan lempung hitam yang tergerus (Scally clay). Bongkah yang
berada di dalam masa dasar berupa boudin dan pada bidang permukaan tubuh
bongkahnya juga tergerus. Beberapa macam dan sifat fisik komponen melange
tektonik ini, antara lain batuan metamorf, batuan sedimen dan batuan beku.
Morfologi perbukitan disusun oleh
endapan melange, batuan beku, batuan sedimen dan endapan volkanik Kuarter,
sedangkan morfologi pedataran disusun oleh batuan melange dan aluvium. Seluruh
batuan penyusun yang berumur lebih tua dari Kuarter telah mengalami proses
pensesaran yang cukup intensif terlebih lagi pada batuan yang berumur Kapur
hingga Paleosen.
Morfologi perbukitan dapat
dibedakan menjadi dua bagian yang ditentukan berdasarkan bentuknya
(kenampakannya), yaitu perbukitan memanjang dan perbukitan prismatik.
Perbukitan memanjang umumnya disusun oleh batuan sedimen Tersier dan batuan
volkanik Kuarter, sedangkan morfologi perbukitan prismatik umumnya disusun oleh
batuan yang berasal dari melange tektonik dan batuan beku lainnya (Intrusi).
Perbedaan kedua morfologi tersebut akan nampak jelas dilihat, apabila kita
mengamatinya di puncak bukit Jatisamit.
Bukit Jatisamit terletak di sebelah
barat Karangsambung (Kampus LIPI). Tubuh bukit ini merupakan bongkah batuan
sedimen terdiri atas batulempung merah, rijang, batugamping merah dan chert
yang seluruhnya tertanam dalam masa dasar lempung bersisik. Pada bagian puncak
bukit inilah kita dapat melihat panorama daerah Karangsambung secara leluasa
sehingga ada istilah khusus yang sering digunakan oleh para ahli geologi
terhadap pengamatan morfologi di daerah ini yaitu dengan sebutan
“Amphitheatere”. Istilah ini mengacu kepada tempat pertunjukan dimana penonton
berada di atas tribune pertunjukan. Istilah ini digunakan karena di tempat
inilah kita dapat mengamati seluruh morfologi secara lebih jelas.
Ada beberapa fenomena geologi yang
dapat dijelaskan di tempat ini, yaitu :
1. Daerah
bermorfologi pedataran terletak di sekitar wilayah aliran Sungai Luk Ulo.
Sungai ini merupakan sungai utama yang mengalir dari utara ke selatan mengerosi
batuan melange tektonik,melange sedimenter, sedimen Tersier (F. Panosogan. F.
Waturanda, F. Halang ). Di sekitar daerah Karangsambung, morfologi pedataran
ini terletak pada inti antiklin sehingga tidak mengherankan apabila di daerah
ini tersingkap batuan melange yang berumur tua, terdiri atas konglomerat, lava
bantal, rijang, lempung merah, chert dan batugamping fusulina. Bongkah batuan
tersebut tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay).
2. Morfologi
perbukitan disusun oleh batuan melange tektonik, batuan beku, batuan sedimen
Tersier dan batuan volkanik Kuarter. Perbukitan yang disusun oleh melange
tektonik dan intrusi batuan beku umumnya membentuk morfologi perbukitan dimana
puncak perbukitannya terpotong-potong (tidak menerus/terpisah-pisah). Hal ini
disebabkan karena masing-masing tubuh bukit tersebut (kecuali intrusi)
merupakan suatu blok batuan yang satu sama lainnya saling terpisah yang
tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay). Morfologi perbukitan
dimana batuan penyusunnya terdiri atas batuan sedimen Tersier dan batuan
volkanik Kuarter nampak bahwa puncak perbukitannya menerus dan relatif teratur
sesuai dengan sumbu lipatannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan bentuk perbukitan antara batuan melange dengan batuan sedimen
Tersier/volkanik.
Satuan
morfologi ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a.
Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak
Gunung Paras.
b. Di bagian timur sebelah barat
memperlihatkan kenampakan lembah yang memanjang dan melingkar menyerupai tapal
kuda membentuk amphiteatre.
c. Di
bagian utara sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan seperti Gunung
Paras, Dliwang, Perahu, dan Waturondo. Setelah dilakukan
interpretasi proses pembalikan topografi, secara detail, bentuk bentang alam
dari Gunung Paras ke selatan sampai Gunung Waturondo, direkonstruksi awalnya
merupakan antikline pada lembahnya, dengan memposisikan kelurusan puncaknya,
dan Bukit Bujil sebagai pilarnya. Namun saat ini telah mejadi puncak Gunung
paras dengan struktur sinkilin dan antikilinnya,tersusun oleh batuan Sedimentasi
Breksi Volkanik. Selain itu juga, terdapat bukit- bukit seperti Bukit
Pesanggrahan, Bukit Bujil, dan Bukit Jati Bungkus.Satuan daerah perbukitan ini,
tampak bergelombang lemah dan terisolir pada pandang luas cekungan morfologi
amphiteatre. Batuan yang mengisi satuan ini, menunjukkan Breksi Volkanik yang
tersebar dari Gunung Paras sampai Gunung Waturondo dan sinklinnya yang terlihat
pada puncak Gunung Paras ke arah timur.
3.
Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange(Campur Aduk
Batuan)
Satuan morfologi ini memperlihatkan
bukit-bukit memanjang dengan DAS Sungai Gebong dan Sungi Cacaban yang membentuk
rangkaian Gunung Wangirsambeng, Gunung Sigedag dan Bukit Sipako. Puncak Gunung
wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit memanjang dengan perbedaan
ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di daerah ini juga, nampak
bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit prismatic hasil proses tektonik.
4.
Lajur Pegunungan Serayu Selatan
Bagian utara kawasan geologi
Karangsambung merupakan bagian dari Lajur Pegunungan Serayu Selatan. Pada
umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga perbukitan menggelombang
dan perbukitan tak teratur yang mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim hujan
di daerah ini berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari
April hingga September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada
Maret-April dan September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak
berkurang, karena di beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk
berladang atau dijadikan hutan produksi (jati dan pinus).
3. Stratigrafi Karangsambung
Stratigrafi yaitu suatu ilmu yang
mempelajari tentang lapisan-lapisan sabtuan serta hubungannya dengan lapisan
batuan yang lainnya, yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah
bumi.
Secara garis besar,
stratigrafidaerah Karangsambung diurutkan berdasarkan umur dari tua ke muda,
yaitu:
1. Komplek
Melange Luk Ulo atau Formasi Melange berumuran Pra-tersier.
2. Formasi
Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam.
3. Formasi
Totogan dengan batuan utamanya lempung bersisik’ Scaly Clay.
4. Formasi
Waturanda, terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan breksi.
5. Formasi
Penosongan, terdiri dari perselingan lempung dan pasir karbonat.
Gambar
3. Kolom statigrafi wilayah Karangsambung (Asikin, 1974)
Gambar
4. Peta Geologi wilayah Karangsambung (Asikin et al., 1992)
1.
KOMPLEKS MELANGE
LUK ULO / FORMASI LUK ULO
Luk
Ulo merupakan formasi tertua berupa melange yang sangat kompleks, berumur
Pre-Tersier. Batuannya meliputi graywacke, lempung hitam, lavabantal yang
berasosiasi dengan rijang dan gamping merah, tirbidit klastik, dan ofiolit yang
tersisipkan diantara batuan metamorfose berfasies sekis. Batuan-batuan tersebut
merupakan hasil dari pencampuran secara tektonik pada jalur penunjaman (zona
subduksi) yang juga telah melibatkan batuan-batuan asal kerak samudra dan kerak
benua. Kompleks ini dibagi menjadi 2 satuan berdasarkan dominasi fragmen pada
masa dasrnya, yaitu satuan Jatisamit disebelah barat dan satuan Seboro di
sebelah utara.
Satuan
Jatisamit merupakan batuan yang berumur paling tua. Satuan ini terdiri bongkah
asing di dalam masa dasar lempung hitam. Bongkah yang ada adalah batuan beku
basa, batupasir graywacke, serpentinit, rijang, batugamping merah dan sekis
mika. Batuan tersebut membentuk morfologi yang tinggi seperti Gunung Sipako dan
Gunung Bako.
2.
FORMASI
KARANGSAMBUNG
Karakteristik
litologi dari formasi Karangsambung yaitu terdiri dari batulempung abu-abu yang
mengandung concression besi, batugamping numulites, konglomerat, dan batu pasir
kuarsa polemik yang berlaminasi. Batupasir graywacke sampai tanah liat hitam
menunjukkan struktur yang bersisik dengan irisan ke segala arah dan hampir
merata di permukaan. Struktur tersebut diperkirakan sebagai hasil mekanisme
pengendapan yang terjadi dibawah permukaan air dengan volume besar, estimasi
ini didukung oleh gejala merosot yang dilihat pada inset batupasir. Umur
Formasi Karangsambung ini adalah dari Eosen Tengah (45 juta tahun) sampai Eosen
Akhir (36 juta tahun) dilihat dari adanya foraminifera
plankton.
3.
FORMASI TOTOGAN
Formasi
Totogan mempunyai karakteristik yang sama dengan Formasi Karangsambung.
Ditandai dengan litologi berupa batulempung dengan warna coklat, dan
kadang-kadang ungu dengan struktur scaly (menyerpih). Juga terdapat fragmen
berupa batukarang yang terperangkap pada batulumpur, batupasir, batukapur
fossil dan batuan beku. Umur dari formasi Totogan adalah Oligosen (36-25 juta
tahun), yang didasarkan pada keberadaan Globoquadrina
praedehiscens dan Globigeriona
binaensis.
Gambar6.
Formasi Totogan
4.
FORMASI
WATURANDA
Usia
formasi Waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung berdasarkan posisi
statigrafi kebawah diperkirakan sebagai usia Meocene (25,2-5,2 juta tahun) yang
terdiri dari breksi vulkanik dan batupasir wacke dengan sisipan batu lempung
dibagian atas. Masa dasar batupasir berwarna abu-abu dengan butir sedang hingga
kasar, terdiri atas kepingan batuan beku dan obsidian.
5.
FORMASI PENOSOGAN
Formasi
Penosogan diendapkan diatas Formasi Waturanda dengan litologi berupa perubahan
secara berangsur dari satuan breksi kearah atas menjadi perselingan batupasir
tufan dan batulempung merupakan ciri batas dari Formasi Penosogan yang terletak
selaras di atasnya.
Secara
umum formasi terdiri dari perlapisan tipis sampai sedang batupasir,
batulempung, sebagian gampingan, kalkanerit, napal-tufan dan tuf. Bagian bawah
umumnya dicirikan oleh pelapisan batupasir dan batulempung, kearah atas kadar
karbonatnya semakin tinggi. Bagian atas
terdiri atas perlapisan batupasir gampingan, napal dan kalkanerit. Bagian atas
didomonasi oleh batulempung tufan dan tuf.
Gambar 8. Cross-section penampang
stratigrafi formasi Karangsambung
B. IDENTIFIKASI BATUAN DAERAH
KARANGSAMBUNG
1. Litologi
Daerah Karangsambung
Litologi
adalah ilmu tentang batu-batuan yg
berkenaan dengan sifat fisik, kimia, dan strukturnya.Pembentukan berbagai macam
mineral di alam akan menghasilkan berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah
tersebut bisa berbeda-beda dan membentuk jenis batuan yang berbeda pula.
Pembekuan magma akan membentuk berbagai jenis batuan beku. Batuan sedimen bisa
terbentuk karena berbagai proses alamiah, seperti proses penghancuran atau
disintegrasi batuan, pelapukan kimia, proses kimiawi dan organis serta proses
penguapan / evaporasi. Letusan gunung api sendiri dapat menghasilkan batuan
piroklastik. Batuan metamorf terbentuk dari berbagai jenis batuan yang telah
terbentuk lebih dahulu kemudian mengalami peningkatan temperature atau tekanan
yang cukup tinggi, namun peningkatan temperature itu sendiri maksimal di bawah temperature magma.
Litologi di
daerah Karangsambung dapat dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 1.
Litologi daerah Karangsambung
No
|
Lokasi
|
Umur
|
Litologi
|
1
|
Kompleks Melange
|
Kapur Akhir (85-140 juta tahun yang lalu)
|
Ø Batuan Metamorf (Schist mica – 117Ma)
Ø Batuan sedimen pelagic (Rijang-endapan laut dalam)
Ø Batuan ofiolit
|
2
|
Formasi Karangsambung
|
Eocene-Oligocene
(23,7 -57,6 juta tahun yang lalu)
|
Ø Batulempung bersisik
Ø Olistolit (Konglomerat, Batugamping Nummulites)
|
3
|
Formasi Totogan
|
Oligocene-Miocene Awal (36,6-23,7 juta tahun yang
lalu)
|
Ø Breksi dengan komponen batulempung, batupasir dan
batugamping
|
4
|
Formasi Waturanda
|
Miocene Awal – Miocene Tengah (23,7- 13 juta tahun
yang lalu)
|
Ø Batupasir vulkanik dan breksi vulkanik
|
5
|
Formasi Panosogan
|
Miocene Awal – Miocene Tengah (23,7- 13 juta tahun
yang lalu)
|
Ø Perselingan batupasir, batulempung, tufa, napal dan
kalkarenit
|
Batuan beku,
sedimen, dan metamorf di Karangsambung dengan variasi umur batuan mulai puluhan
hingga ratusan juta tahun, merupakan singkapan batuan yang berasal dari benua
maupun samudra, dari dasar laut hingga laut dangkal berfosil-fosil, tersebar
pada hamparan yang tidak terlalu luas, dan dapat dijumpai di lapangan
Karangsambung sebagai obyek studi dalam kegiatan penelitian.
Lingkungan
proses pembentukan dari ragam dan jenis batuan pada kawasan Karangsambung,
adalah palung laut dalam, cekungan muka daratan dan jalur penunjaman. Pada
palung laut dalam, dijumpai batuan sedimen berfosil Radiolaria yang terangkut
dan mengendap setra mengisi pada batuan sedimen rijang (Chert). Pada
kondisi cekungan muka daratan, ditemukan batuan sedimen yang mengandung fosil
biota laut berupa sedimen batu gamping (Lime Stone) kondisi laut dangkalm. Pada
palung laut dalam, berupa batuan beku basalt dan batuan metamorfosa ubahan dari
batuan periodotit, berupa serpentinit.
2.
Identifikasi Batuan Karangsambung
Pada
kuliah lapangan ini, telah dilakukan kunjungan kebeberapa tempat untuk
mengetahui jenis-jenis batuan serta formasi yang terdapat di Karangsambung ini.
Tempat-tempat tersebut antara lain, Kali Muncar, Desa Pucangan, tepi Sungai Luk
Ulo (Kaki bukit Sipako).
a.
Kali Muncar
Pada
Lokasi ini terdapat batu rijang, termasuk batuan sedimen dengan tempat
pengendapannya pada laut dalam. Batuan
ini berselang-seling secara vertikal dengan batu gamping merah, yang merupakan
batuan sedimen juga. Batu rijang ini berwarna merah hati, sedangkan batu
gampingnya berwarna merah mudah.
Gambar7.
Batu Rijang merah selang-seling gamping merah (bawah) dan batu lava bantal
(atas)
Diatas
rijang merah terdapat batuan dari lava yang dikenal dengan lava bantal,
merupakan batuan beku yang berasal dari lava basalt. Tidak jauh dari lokasi
batuan ini, terdapat singkapan batu lempung bersisik yang juga merupakan batuan
sedimen.
Gambar8.
Batu Lempung Bersisik
Batuan rijang termasuk batuan sedimen. Batuan ini
merupakan batuan sedimen laut dalam (± 4000 meter dibawah permukaan laut).
Batuan ini sangat keras dan kompak dan bersifat silikaan. Mengandung kristal
kuarsa yang saling mengikaat sehingga nampak seperti dilapisi kaca
(sernivitreous) dan mengandung amorphous silica (opal). Batuan ini terbentuk
oleh proses pengendapan pada dasar samudera. Batuan ini kaya akan fosil renik Radiolaria
yang berukuran kurang lebih 1/100 mm. Biasanya batuan ini berasosiasi
dengan batugamping merah. Didaerah Karangsambung, fosil ini menunjukkan umur
Kapur, yaitu sekitar 85 juta hingga 140 juta tahun yang lalu.
Batugamping merah juga termasuk batuan sediment.
Batuan ini termasuk kedalam batugamping klastik yang halus hasil dari transport
oleh arus dengan energi lemah di laut dalam yang masih memungkinkan
terbentuknya larutan karbonat. Warna merah merupakan hasil pengotoran mineral
lain seperti minera hematit atau bisa juga akibat oksidasi besi. Batuan ini
ralatif keras dan biasanya berasosiasi dengan sedimen laut dalam seperti
rijang.
Batuan gamping merah dan rijang secara teori
merupakan batuan yang hanya bisa ditemui di Dasar lautan. Dan batuan ini
terbentuk dari proses sedimentasi dari hasil pelapukan batuan yang kemudian
mengalami transport ke laut. Sedimentasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a)
Sedimentasi di dasar laut dangkal. Contohnya Gamping.
b) Sedimentasi di dasar laut dalam (lebih dari
4000m). Contohnya Rijang (chert) Batuan dari samudra yang terbentuk 60-140 juta
tahun yang lalu bisa ditemui di Karangsambung. Menurut ilmu geologi hal ini
terjadi dikarenakan Karangsambung dahulunya merupakan daerah subduksi, yaitu
zona pertemuan 2 lempeng, lempeng benua Eurasia dan lempeng samudra Hindia.
Pertemuan lempeng samudera akan menunjam kebawah dikarenakan berat jenis yang
lebih tinggi dibandingkan lempeng benua. Penunjaman terus berlangsung sampai ke
perut bumi yang mempunyai suhu dan tekanan yang tinggi, sehingga batuan menjadi
meleleh kemudian ada yang muncul keluar dari perut bumi. Singkapansingkapan batuan
kuno yang ada di Karangsambung perlahan muncul di permukaan dikarenakan erosi
tanah. Jadi bisa disimpulkan bahwa
Karangsambung dahulunya merupakan batuan dasar
lautan. Namun sekarang sudah berubah pertemuan lempeng yang terjadi adalah lempeng
benua Australia dari selatan menuju utara ke lempeng Eurasia. Pertemuan 2
lempeng ini disinyalir sebagai penyebab munculnya rangkaian gunung-gunung api
di Indonesia (Sumatra, jawa, bali , Lombok). Dengan adanya gunung-gunung api,
maka akan terbentuk batuan-batuan beku dari magma.
Batuan gamping merah dan rijang ini termasuk batuan
sedimen, dimana ciri umumnya berlapis-lapis. Batuan sediment yang ditemui di
Karangsambung lapisannya vertical, hal ini dikarenakan tekanan dari aktifitas
tektonik selama berjuta-juta tahun. Untuk gamping merah materi penyusunnya
sebagian besar dari kalsium yang terikat karbonat CaCO3. Sedangkan Rijang
kebanyakan tersusun atas silica SiO2 dan besi. Dari segi warna gamping berwarna
merah terang dan rijang merah gelap. Dari segi tekstur gamping lebih kasar dan
berpori sedangkan rijang lebih halus. Untuk membedakan batuan gamping merah
dengan rijang dilakukan pengujian dengan larutan asam (HCl aq). Dengan
reaksi-reaksi sebagai berikut:
·
Gamping Merah
CaCO3
+ HCl → CaCl2 + CO2
+H2O
Artinya,
gamping akan bereaksi dengan asam. Hal ini disebabkan karena komposisi kalsium
menyebabkan gamping merah bersifat basa.
·
Rijang
SiO2
+ HCl → tidak bereaksi.
artinya
Rijang tidak bereaksi dengan asam
Jadi,
salah satu cara untuk membedakan antara batuan gamping merah dan rijang adalah
denga cara menetesi batuan tersebut dengan HCl.
Sedangkan batuan basalt termasuk pada jenis batuan
beku yang berasal dari letusan gunung api, lebih tepatnya gunung api dasar
laut. Prosesnya berawal dari pemekaran lantai samudra, kemudian muncul gunung
api yang memuntahkan lava. Selanjutnya lava membeku ketika terkena air laut. Prinsipnya
seperti membuat cendol ketika masih panas seketika masuk kedalam air, kemudian
membeku ditambah dengan adanya tekanan hidrostatis menyebabkan batuan berbentuk
bulat. Bentuknya bulat lonjong sehingga sering disebut pillow lava. Batuan
basalt ini biasanya berwarna hitam dan bersifat asam.
Batuan Lempung bersisik merupakan batuan sediment.
Biasanya pada zona dasar subduksi akan akan ditemui massa dasar yaitu lempung hitam,
warnanya hitam mengkilap. Hal ini disebabkan gesekan antar lempung (uplift), akan
tetapi akibatnya batuan menjadi mudah rapuh. Bila dilihat dari strukturnya
batuan lempung hitam termasuk pada boudinade sehingga bisa mengetahui arah
gaya. Adanya tekanan membuat batuan menjadi memipih (foliasi) dan memanjang,
melempung sehingga struktur menjadi bersisik (scaly clay / lempung bersisik).
b.
Desa Pucangan
Pada daerah ini terdapat batuan Serpentinit, yang
tergolong dalam jenis batuan Metamorf. Batu ini berwarna hijau, bertekstur
masif, serta berkilap. .Strukturnya slincken side, Nonfoliasi. Batuan asalnya merupakan
batuan beku ultramafik yang telah mengalami proses methamorfosis yang
berhubungan dengan air laut.[1] Batuan Serpentinit
merupakan batuan metamorf yang terbentuk dari mineral serpentin akibat
perubahan basalt dasar laut yang bertekanan tinggi pada temperatur rendah.
Mineral serpentin tergolong dalam kelas mineral Silikat yaitu Phyllosilicates.[3]
Kemudian batu ultrabasa bergerak
bersama lempeng samudera,kemudian masuk zona subduksi, terjadi
proses penunjaman disertai metamorfosa kedua menjadi batu serpentinite, dan
terakhir muncul ke luar perut bumi disertairetak-retak dikarenakan tekanan.
Jadi, singkatnya magma (peridotite, dunite)-batu
ultrabasa-serpentinite. Serpentinite sering digunakan sebagai sumber mineral,
contohnya pembuatan asbes, talc, dll. Batuan ini bersifat rapuh (kekar).
Serpentinite juga mempunyai sifat magnetis (nonfoliasi).
Gambar9. Batu Serpentinit
Mineral Serpentin mengandung chrysotile yaitu
mineral serpentin yang mengkristal membentuk serat tipis yang panjang. Mineral
serpentin memiliki beberapa senyawa kimia antara lain:
• Antigorite; (Mg, Fe)3 Si2 O5 (OH)4
• Clinochrysotile; Mg3 Si2 O5 (OH)4
• Lizardite; Mg3 Si2 O5 (OH)4
• Orthochrysotile; Mg3 Si2 O5 (OH)4
• Parachrysotile; (Mg,Fe)3 Si2 O5 (OH)4
Berikut karakteristik Batu Serpentinit:
·
Warna Hijau
kehitaman, cokelat, merah dan hitam
·
Kekerasan 2,5-5
·
Bidang Belahan
(Cleavage) Tidak ada
·
Kilauan (Luster)
Berminyak atau lilin
·
Bentuk Kristal
Ortorombik, monoklin, dan heksagonal
·
Berat Jenis
2,5-2,6
·
Goresan Putih
c. Tepi Sungai Luk Ulo (Kaki bukit
Sipako)
Pada daerah ini
terdapat singkapan batu Filit, yang termasuk kedalam jenis batuan Metamorf. Batu
filit ini merupakan hancuran batu pasir dengan komponen greywacke yang
mengalami proses metamorfisme dengan tekanan tinggi dan temperature rendah.
Derajat metamorfismenya Rendah-intermediet. Berwarna hitam, abu-abu, berekstur lapidoblastik
(terdiri dari mineralmineral tabular). Strukturnya Filitik, terlihat
rekristalisasi yang lebih kasardari slaty cleavage, sudah mulai terjadi pemisahan
mineral granular (segresi) tetapi belum sempurna. Ukuran butirnya halus.
Gambar10. Sungai Luk Ulo dengan
kaki bukit Sipako yang menyimpan batu Filit.
Batu ini, lebih
tepatnya untuk jenis batu filit warna hitam, berasal dari lempung hitam yang
sudah kaya akan karbon (C). Bertekstur Lepidoblastik (Terdiri dari mineral –
mineral yangtabular). Prosesnya berawal dari daerah palung , kemudian masuklah
mineralmineral organic terutama karbon, kemudian lempeng samudera masuk zona subduksi,
kemudian menerima panas dan tekanan, kemudian berubah menjadi filit. Batuan ini
memiliki microfault (sesar minor) yaitu adanya garis lekukan-lekukan pada
batuan berukuran kecil.
Sebenarnya, pada
tepian sungai Luk Ulo ini terdapat banyak sekali jenis-jenis batuan sedimen dan
malihan yang tercecer disepanjang tepi sungai. Contohnya ada sekis mika, batu
kapur, konlongmerat, diabas, dan masih banyak lagi. Disini akan dibahas lebih dalam
lagi mengenai batu sekis mika serta diabas.
Batu sekis mika
terdapat pada lintasan Kali Brengkok. Genesis batuan ini terjadi pada kuarsa
tinggi yang kemudian termalihkan menjadi granit atau pasir kuarsa. Warna
dominan batuan adalah abu – abu dengan bintik putih dengan tekstur sekistos dan
mineral yang terkandung ialah mika. Batuan ini berasal dari lempeng benua
dengan umur sekitar 117 juta tahun. Sekis mika ini merupakan batuan tertua yang
tersingkap di Pulau Jawa.
Gambar11. Batu
sekis mika di lintasan kali Bengkok
Batu diabas
sebenarnya terdapat dikawasan Gunung parang. Gunung Parang merupakan hasil
intrusi magmatis yang diduga merupakan kelanjutan dari jalur magmatis selatan
Pulau Jawa dan Sumatera.
Batuan Diabas di
Gunung Parang merupakan batuan beku basa yang terbentuk akibat tumbukan antara
lempeng benua dengan lempeng samudera yang kemungkinan terjadi pada kala
Miosen. Tumbukan tersebut menyebabkan terjadinya partial melting batuan menjadi
magma yang bersifat basaltik (magma yang komposisinya kaya Fe dan bersifat
relatif encer). Magma basaltik ini kemudian mengalami alih tempat menuju kerak
benua bagian bawah, kemudian mengalami fraksinasi dan diferensiasi sehingga
membentuk magma diabas yang selanjutnya tersingkap di permukaan bumi sebagai
Gunung Parangan dengan menerobos Formasi Karangsambung.
Diabas Gunung
Parang merupakan tubuh intrusi sill. Hal tersebut berdasarkan adanya bidang
kontak antara lempung Formasi Karangsambung dengan diabas di sekitar Kali Jebug
dan kenampakan struktur lava bantal di Watutumpang.
Secara
petrografis batuan diabas menunjukan struktur diabasic atau ophitic dan
tersusun oleh mineral plagioklas (labradorit, bytownit), piroksen (augit,
hypersten, enstantit dan diopsid), magnetit, sedikit klorit, serisit serta mineral
karbonat. Batuan diabas termasuk langka terutama di Indonesia karena untuk
membentuk batuan jenis ini diperlukan kondisi tertentu, apalagi Indonesia merupakan
wilayah yang termasuk dalam deret busur gunungapi memiliki tipe gunungapi
kerucut sehingga magma yang dihasilkan secara umum adalah magma andesitik.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Geomorfologi
Karangsambung terdiri dari satuan daratan pada daerah aliran sungai (DAS) Luk
Ulo, satuan perbukitan lipatan , satuan perbukitan-pegunungan Kompleks Melange
serta lajur Pegunungan Serayu Selatan.
2. Daerah
Karanagsambung mempunyai berbagai jenis batuan yang sangat kompleks, mulai dari
batuan beku yang terdiri dari Diabas dan Basalt (lava bantal), batuan sedimen
yang terdiri dari Rijang, Gamping Merah, dan Lempung Bersisik, serta batuan
metamorf yang terdiri dari Serpentinit, Sekis Mika dan Filit.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Wibowo, Pradana Adi. Laporan Observasi Geologi Karangsambung Kebumen. 2013.
[2]
Mulyaningsih, Eris. Laporan Kuliah Lapangan Morfologi Stratigrafi dan
Litologi serta Pengukuran Strike dan Dip di Sebagian Daerah di Karangsambung.2013.
[3]Nurulhakim,
Alma Arif Iqbal. Kumpulan KKL Karangsambung.2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar