Selasa, 18 Februari 2014

LAPORAN FIELDTRIP KARANGSAMBUNG



BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kampus Lapangan Geologi Karangsambung merupakan daerah kawasan tropis yang tidak luas namun menyimpan fenomena geologi dan aneka batuan unik dan langka. Teori tentang lempeng tektonik dapat diuji kebenarannya disini.  Lokasi kampus ini juga luput dari kegiatan gunung api muda dan relatif terhindar dari disintegrasi iklim tropis. Daerah Karangsambung memiliki ciri khas geologi yang sangat menarik untuk dipelajari. Pada daerah ini terdapat batuan Pra-Tersier dengan jenis batuan yang beragam serta tatanan dan struktur geologi yang kompleks. Kondisi geologi yang kompleks ini terbentuk karena pada daerah Karangsambung merupakan zona meratus, yaitu daerah pertemuan antara lempeng (subduksi) yang terangkat. Lempeng yang saling bertabrakan tersebut membentuk boudin-boudin lonjong yang membentuk formasi masing-masing dengan jenis batuan yang beragam. Sebelum palung subduksi tersebut terangkat, banyak jenis batan yang terendapkan dengan batuan domiannya berupa batu lempung. Pada daerah ini juga ditemukan batuan yang berada di laut dalam, karena proses pengangkatan pada zona palung subduksi tersebut. Geologi Karangsambung mempunyai formasi yang khas dibandingkan dengan daerah lain. Hal ini terlihat dari bentuk morfologi yang berbentuk lonjong dan berbukit-bukit dengan formasi batuan yang berbeda-beda, stratigrafi daerah ini sangta khas dan membentuk formasi yang beragam, struktur geologi pada daerah ini terdiri dari lipatan, sesar dan kekar.


B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana Keadan geomorfologi daerah Karangsambung?
2.    Batuan apa saja yang terdapat di daerah Karangsambung?

C. TUJUAN
Tujuan dari kuliah lapangan ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui keadaan geomorfologi daerah Karangsambung.
2.    Untuk mengidentifikasi batuan yang terdapat di daerah Karangsambung.


D. MANFAAT
Manfaat yang diperoleh dari kuliah lapangan ini adalah sebagai berikut:
1.    Dapat mempelajari dan menambah ilmu pengetahuan tentang geomorfologi daerah Karangsambung.
2.    Dapat mengenali dan mengidentifikasi jenis-jenis batuan.


BAB II
ISI
A. GEOLOGI KARANGSAMBUNG
1. Fisiografi Regional
Daerah Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Batas wilayah di sebelah utara daerah ini adalah dengan wilayah Banjarnegara, di timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang, di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kebumen dan di sebelah barat berbatasan dengan daerah Gombong.[1] Secara geografis, daerah Karangsambung mempunyai koordinat 734’00” - 736’30” LS dan 10937’00” - 10944’00” BT. Secara administratif, daerah pemetaan Gunung Paras termasuk kedalam Kecamatan Karangsambung dan Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Secara fisiografis, daerah Karangsambung termasuk ke dalam Zona Pegunungan Serayu Selatan. [2]
 peta2.JPG
Gambar1. Peta dan batas wilayah cagar alam Karangsambung

Daerah Karangsambung memiliki elevasi ± 11m dpl dengan morfologi yang disebut sebagai amphitheatre, merupakan suatu antiklin raksasa yang memiliki sumbu yang menunjam (inclined anticline) ke arah Timur Laut yang telah mengalami erosi. Morfologi yang khas ini memanjang ke arah Barat mulai dari daerah Klepoh hingga Kali Larangan. Sayap-sayap dari antiklin raksasa tersebut membentuk morfologi berupa perbukitan di bagian utara (G. Paras) dan Selatan (G.Brujul dan Bukit Selaranda) dari daerah pemetaan. Perbukitan ini memiliki arah memanjang Timur-Barat. Sumbu antiklin tersebut mengalami proses erosi yang membentuk morfologi berupa lembah di daerah Karangsambung dengan adanya perbukitan-perbukitan terisolasi yang berupa tubuh batuan beku (intrusi) dan batu gamping (Jatibungkus) serta konglomerat (Pesanggrahan). Pada daerah pemetaan, di sebelah Barat Laut dari lembah Karangsambung, terdapat perbukitan kompleks (Pagerbako dan Igir Kenong) yang tersusun atas lithologi berupa fragmen-fragmen raksasa batuan metamorf ( filit) dan batu sedimen laut dalam (perselingan rijang dan gamping merah) yang tertanam di dalam massa dasar lempung.
MORFOLOGI.jpg
Gambar 2. Peta bentukan morfologi Karangsambung
Perbedaan morfologi di daerah ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik geologi yang dicerminkan oleh lithologi yang menyusun daerah tersebut yang memiliki kekerasan dan resistensi yang berbeda-beda terhadap erosi yang akhirnya membentuk morfologi yang khas dari daerah ini, serta pengaruh dari struktur geologi yang berupa perlipatan dan sesar yang berkembang di daerah Karangsambung.
Daerah Karangsambung dilewati oleh sungai besar yang disebut Sungai Luk Ulo dan sungai-sungai kecil yang bermuara di Luk Ulo. Sungai Luk Ulo mengalir dari Utara hingga ke Selatan daerah pemetaan (membelah perbukitan Waturanda dan Gunung Brujul) dan merupakan sungai yang telah memasuki tahap sungai tua dicirikan oleh bentuk Luk Ulo yang meander. Sungai Luk Ulo dan sungai-sungai kecil yang mengalir di daerah Karangsambung juga memiliki peran penting dalam pembentukan morfologi di daerah ini berkaitan dengan proses erosi dan sedimentasi. [2]

2. Geomorfologi Karangsambung
Geomorfologi merupakan studi mengenai bentuk-bentuk permukaan bumi dan semua proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut.Morfologi daerah Karangsambung merupakan perbukitan struktural, disebut sebagi kompleks melange. Tinggian yang berada didaerah ini antara lain adalah Gunung Waturanda, bukit Sipako, Gunung Paras, Gunung brujul, serta bukit Jatibungkus. Penyajian melange di lapangan Karangsambung merupakan dalam bentuk blok dengan skala ukuran dari puluhan hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat melange yang membentukl sebuah rangkaian pegunungan.[1]
Daerah Karangsambung oleh para ahli geologi sering disebut sebagai lapangan terlengkap di dunia. Karangsambung merupakan jejak-jejak tumbukan dua lempeng bumi yang terjadi 117 juta tahun sampai 60 juta tahun yang lalu. Ia juga merupakan pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Hindia. Ia merupakan saksi dari peristiwa subduksi pada usia yang sangat tua yaitu pada zaman Pra-Tersier. Di daerah ini terjadi proses subduksi pada sekitar zaman Paleogene (Eosen, sekitar 57,8 juta sampai 36,6 juta tahun yang lalu). Oleh karena itu, pada tempat ini terekam jejak-jejak proses paleosubduksi yang ditunjukan oleh singkapan-singkapan batuan dengan usia tua dan merupakan karakteristik dari komponen lempeng samudera. Karangsambung merupakan tempat singkapan batuan terbesar batuan-batuan dari zaman Pre-Tersier yang terkenal dengan sebutan Luk Ulo Melange Complex , suatu melange yang berhubungan dengan subduksi pada zaman Crateceous (145.5 ± 4.0 hingga 65.5 ± 0.3 juta tahunyang lalu) yang diperkirakan berumur 117 juta tahun.
Tersingkapnya batuan melange di daerah Karangsambung ini disebabkan oleh adanya tektonik kompresional yang menyebabkan daerah tersebut dipotong oleh sejumlah sesar-sesar naik disamping adanya pengangkatan dan proses erosi yang intensif. Apabila diperhatikan bahwa posisi batuan melange ini dijumpai di sekitar inti lipatan antiklin dan di sekitar zona sesar naik dan kenyataannya pada saat sekarang posisi inti lipatan ini berada di bagian lembah yang didalamnya mengalir aliran sungai Luk Ulo yang menunjukan bahwa di daerah tersebut proses erosi berlangsung lebih intensif.
Melange Luk Ulo didefinisikan oleh Asikin (1974) sebagai percampuran tektonik dari batuan yang mempunyai lingkungan berbeda, sebagai hasil dari proses subduksi antara Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Benua Asia Tenggara, yang terjadi pada Kala Kapur Atas-Paleosen. Melange tektonik ini litologinya terdiri atas batuan metamorf, batuan basa dan ultra basa, batuan sedimen laut dalam (sedimen pelagic) yang seluruhnya mengambang di dalam masa dasar lempung hitam yang tergerus (Scally clay). Selanjutnya penulis ini membagi kompleks melange menjadi dua satuan berdasarkan sifat dominansi fragmenya, yaitu Satuan Seboro dan Satuan Jatisamit. Kedua satuan tersebut mempunyai karakteristik yang sama yaitu masa dasarnya merupakan lempung hitam yang tergerus (Scally clay). Bongkah yang berada di dalam masa dasar berupa boudin dan pada bidang permukaan tubuh bongkahnya juga tergerus. Beberapa macam dan sifat fisik komponen melange tektonik ini, antara lain batuan metamorf, batuan sedimen dan batuan beku.
Morfologi perbukitan disusun oleh endapan melange, batuan beku, batuan sedimen dan endapan volkanik Kuarter, sedangkan morfologi pedataran disusun oleh batuan melange dan aluvium. Seluruh batuan penyusun yang berumur lebih tua dari Kuarter telah mengalami proses pensesaran yang cukup intensif terlebih lagi pada batuan yang berumur Kapur hingga Paleosen.
Morfologi perbukitan dapat dibedakan menjadi dua bagian yang ditentukan berdasarkan bentuknya (kenampakannya), yaitu perbukitan memanjang dan perbukitan prismatik. Perbukitan memanjang umumnya disusun oleh batuan sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter, sedangkan morfologi perbukitan prismatik umumnya disusun oleh batuan yang berasal dari melange tektonik dan batuan beku lainnya (Intrusi). Perbedaan kedua morfologi tersebut akan nampak jelas dilihat, apabila kita mengamatinya di puncak bukit Jatisamit.
Bukit Jatisamit terletak di sebelah barat Karangsambung (Kampus LIPI). Tubuh bukit ini merupakan bongkah batuan sedimen terdiri atas batulempung merah, rijang, batugamping merah dan chert yang seluruhnya tertanam dalam masa dasar lempung bersisik. Pada bagian puncak bukit inilah kita dapat melihat panorama daerah Karangsambung secara leluasa sehingga ada istilah khusus yang sering digunakan oleh para ahli geologi terhadap pengamatan morfologi di daerah ini yaitu dengan sebutan “Amphitheatere”. Istilah ini mengacu kepada tempat pertunjukan dimana penonton berada di atas tribune pertunjukan. Istilah ini digunakan karena di tempat inilah kita dapat mengamati seluruh morfologi secara lebih jelas.
Ada beberapa fenomena geologi yang dapat dijelaskan di tempat ini, yaitu :
1.      Daerah bermorfologi pedataran terletak di sekitar wilayah aliran Sungai Luk Ulo. Sungai ini merupakan sungai utama yang mengalir dari utara ke selatan mengerosi batuan melange tektonik,melange sedimenter, sedimen Tersier (F. Panosogan. F. Waturanda, F. Halang ). Di sekitar daerah Karangsambung, morfologi pedataran ini terletak pada inti antiklin sehingga tidak mengherankan apabila di daerah ini tersingkap batuan melange yang berumur tua, terdiri atas konglomerat, lava bantal, rijang, lempung merah, chert dan batugamping fusulina. Bongkah batuan tersebut tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay).
2.      Morfologi perbukitan disusun oleh batuan melange tektonik, batuan beku, batuan sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter. Perbukitan yang disusun oleh melange tektonik dan intrusi batuan beku umumnya membentuk morfologi perbukitan dimana puncak perbukitannya terpotong-potong (tidak menerus/terpisah-pisah). Hal ini disebabkan karena masing-masing tubuh bukit tersebut (kecuali intrusi) merupakan suatu blok batuan yang satu sama lainnya saling terpisah yang tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay). Morfologi perbukitan dimana batuan penyusunnya terdiri atas batuan sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter nampak bahwa puncak perbukitannya menerus dan relatif teratur sesuai dengan sumbu lipatannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bentuk perbukitan antara batuan melange dengan batuan sedimen Tersier/volkanik.
Satuan morfologi ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a.    Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung Paras.
b.    Di bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah yang memanjang dan melingkar menyerupai tapal kuda membentuk amphiteatre.
c.    Di bagian utara sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan seperti Gunung Paras,  Dliwang, Perahu, dan Waturondo. Setelah dilakukan interpretasi proses pembalikan topografi, secara detail, bentuk bentang alam dari Gunung Paras ke selatan sampai Gunung Waturondo, direkonstruksi awalnya merupakan antikline pada lembahnya, dengan memposisikan kelurusan puncaknya, dan Bukit Bujil sebagai pilarnya. Namun saat ini telah mejadi puncak Gunung paras dengan struktur sinkilin dan antikilinnya,tersusun oleh batuan Sedimentasi Breksi Volkanik. Selain itu juga, terdapat bukit- bukit seperti Bukit Pesanggrahan, Bukit Bujil, dan Bukit Jati Bungkus.Satuan daerah perbukitan ini, tampak bergelombang lemah dan terisolir pada pandang luas cekungan morfologi amphiteatre. Batuan yang mengisi satuan ini, menunjukkan Breksi Volkanik yang tersebar dari Gunung Paras sampai Gunung Waturondo dan sinklinnya yang terlihat pada puncak Gunung Paras ke arah timur.
3.      Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange(Campur Aduk Batuan)
Satuan morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan DAS Sungai Gebong dan Sungi Cacaban yang membentuk rangkaian Gunung Wangirsambeng, Gunung Sigedag dan Bukit Sipako. Puncak Gunung wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit memanjang dengan perbedaan ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di daerah ini juga, nampak bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit prismatic hasil proses tektonik.
4.      Lajur Pegunungan Serayu Selatan
Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur Pegunungan Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim hujan di daerah ini berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April hingga September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada Maret-April dan September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang, karena di beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau dijadikan hutan produksi (jati dan pinus).

3. Stratigrafi Karangsambung
Stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan sabtuan serta hubungannya dengan lapisan batuan yang lainnya, yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi.
Secara garis besar, stratigrafidaerah Karangsambung diurutkan berdasarkan umur dari tua ke muda, yaitu:
1.      Komplek Melange Luk Ulo atau Formasi Melange berumuran Pra-tersier.
2.      Formasi Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam.
3.      Formasi Totogan dengan batuan utamanya lempung bersisik’ Scaly Clay.
4.      Formasi Waturanda, terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan breksi.
5.      Formasi Penosongan, terdiri dari perselingan lempung dan pasir karbonat.
3.JPG
Gambar 3. Kolom statigrafi wilayah Karangsambung (Asikin, 1974)
4.JPG
Gambar 4. Peta Geologi wilayah Karangsambung (Asikin et al., 1992)
1.    KOMPLEKS MELANGE LUK ULO / FORMASI LUK ULO
Luk Ulo merupakan formasi tertua berupa melange yang sangat kompleks, berumur Pre-Tersier. Batuannya meliputi graywacke, lempung hitam, lavabantal yang berasosiasi dengan rijang dan gamping merah, tirbidit klastik, dan ofiolit yang tersisipkan diantara batuan metamorfose berfasies sekis. Batuan-batuan tersebut merupakan hasil dari pencampuran secara tektonik pada jalur penunjaman (zona subduksi) yang juga telah melibatkan batuan-batuan asal kerak samudra dan kerak benua. Kompleks ini dibagi menjadi 2 satuan berdasarkan dominasi fragmen pada masa dasrnya, yaitu satuan Jatisamit disebelah barat dan satuan Seboro di sebelah utara.
Satuan Jatisamit merupakan batuan yang berumur paling tua. Satuan ini terdiri bongkah asing di dalam masa dasar lempung hitam. Bongkah yang ada adalah batuan beku basa, batupasir graywacke, serpentinit, rijang, batugamping merah dan sekis mika. Batuan tersebut membentuk morfologi yang tinggi seperti Gunung Sipako dan Gunung Bako.

2.    FORMASI KARANGSAMBUNG
Karakteristik litologi dari formasi Karangsambung yaitu terdiri dari batulempung abu-abu yang mengandung concression besi, batugamping numulites, konglomerat, dan batu pasir kuarsa polemik yang berlaminasi. Batupasir graywacke sampai tanah liat hitam menunjukkan struktur yang bersisik dengan irisan ke segala arah dan hampir merata di permukaan. Struktur tersebut diperkirakan sebagai hasil mekanisme pengendapan yang terjadi dibawah permukaan air dengan volume besar, estimasi ini didukung oleh gejala merosot yang dilihat pada inset batupasir. Umur Formasi Karangsambung ini adalah dari Eosen Tengah (45 juta tahun) sampai Eosen Akhir (36 juta tahun) dilihat dari adanya foraminifera plankton.

3.    FORMASI TOTOGAN
Formasi Totogan mempunyai karakteristik yang sama dengan Formasi Karangsambung. Ditandai dengan litologi berupa batulempung dengan warna coklat, dan kadang-kadang ungu dengan struktur scaly (menyerpih). Juga terdapat fragmen berupa batukarang yang terperangkap pada batulumpur, batupasir, batukapur fossil dan batuan beku. Umur dari formasi Totogan adalah Oligosen (36-25 juta tahun), yang didasarkan pada keberadaan Globoquadrina praedehiscens dan Globigeriona binaensis.
Oval Callout: Batuan SejenisOval Callout: Patahan Luk UloOval Callout: Batuan campur aduk
Gambar6. Formasi Totogan


4.    FORMASI WATURANDA
Usia formasi Waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung berdasarkan posisi statigrafi kebawah diperkirakan sebagai usia Meocene (25,2-5,2 juta tahun) yang terdiri dari breksi vulkanik dan batupasir wacke dengan sisipan batu lempung dibagian atas. Masa dasar batupasir berwarna abu-abu dengan butir sedang hingga kasar, terdiri atas kepingan batuan beku dan obsidian.

5.    FORMASI PENOSOGAN
Formasi Penosogan diendapkan diatas Formasi Waturanda dengan litologi berupa perubahan secara berangsur dari satuan breksi kearah atas menjadi perselingan batupasir tufan dan batulempung merupakan ciri batas dari Formasi Penosogan yang terletak selaras di atasnya.
Secara umum formasi terdiri dari perlapisan tipis sampai sedang batupasir, batulempung, sebagian gampingan, kalkanerit, napal-tufan dan tuf. Bagian bawah umumnya dicirikan oleh pelapisan batupasir dan batulempung, kearah atas kadar karbonatnya semakin tinggi.  Bagian atas terdiri atas perlapisan batupasir gampingan, napal dan kalkanerit. Bagian atas didomonasi oleh batulempung tufan dan tuf.
5.JPG
Gambar 8. Cross-section penampang stratigrafi formasi Karangsambung

B. IDENTIFIKASI BATUAN DAERAH KARANGSAMBUNG
1. Litologi Daerah Karangsambung
Litologi adalah ilmu tentang  batu-batuan yg berkenaan dengan sifat fisik, kimia, dan strukturnya.Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan menghasilkan berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa berbeda-beda dan membentuk jenis batuan yang berbeda pula. Pembekuan magma akan membentuk berbagai jenis batuan beku. Batuan sedimen bisa terbentuk karena berbagai proses alamiah, seperti proses penghancuran atau disintegrasi batuan, pelapukan kimia, proses kimiawi dan organis serta proses penguapan / evaporasi. Letusan gunung api sendiri dapat menghasilkan batuan piroklastik. Batuan metamorf terbentuk dari berbagai jenis batuan yang telah terbentuk lebih dahulu kemudian mengalami peningkatan temperature atau tekanan yang cukup tinggi, namun peningkatan temperature itu sendiri maksimal di bawah temperature magma.
Litologi di daerah Karangsambung dapat dijelaskan dalam tabel berikut.


Tabel 1. Litologi daerah Karangsambung
No
Lokasi
Umur
Litologi
1
Kompleks Melange
Kapur Akhir (85-140 juta tahun yang lalu)
Ø  Batuan Metamorf (Schist mica – 117Ma)
Ø  Batuan sedimen pelagic (Rijang-endapan laut dalam)
Ø  Batuan ofiolit
2
Formasi Karangsambung
Eocene-Oligocene
(23,7 -57,6 juta tahun yang lalu)
Ø  Batulempung bersisik
Ø  Olistolit (Konglomerat, Batugamping Nummulites)
3
Formasi Totogan
Oligocene-Miocene Awal (36,6-23,7 juta tahun yang lalu)
Ø  Breksi dengan komponen batulempung, batupasir dan batugamping
4
Formasi Waturanda
Miocene Awal – Miocene Tengah (23,7- 13 juta tahun yang lalu)
Ø  Batupasir vulkanik dan breksi vulkanik
5
Formasi Panosogan
Miocene Awal – Miocene Tengah (23,7- 13 juta tahun yang lalu)
Ø  Perselingan batupasir, batulempung, tufa, napal dan kalkarenit

Batuan beku, sedimen, dan metamorf di Karangsambung dengan variasi umur batuan mulai puluhan hingga ratusan juta tahun, merupakan singkapan batuan yang berasal dari benua maupun samudra, dari dasar laut hingga laut dangkal berfosil-fosil, tersebar pada hamparan yang tidak terlalu luas, dan dapat dijumpai di lapangan Karangsambung sebagai obyek studi dalam kegiatan penelitian.
Lingkungan proses pembentukan dari ragam dan jenis batuan pada kawasan Karangsambung, adalah palung laut dalam, cekungan muka daratan dan jalur penunjaman. Pada palung laut dalam, dijumpai batuan sedimen berfosil Radiolaria yang terangkut dan mengendap setra mengisi pada batuan sedimen rijang (Chert). Pada kondisi cekungan muka daratan, ditemukan batuan sedimen yang mengandung fosil biota laut berupa sedimen batu gamping (Lime Stone) kondisi laut dangkalm. Pada palung laut dalam, berupa batuan beku basalt dan batuan metamorfosa ubahan dari batuan periodotit, berupa serpentinit.

2. Identifikasi Batuan Karangsambung
Pada kuliah lapangan ini, telah dilakukan kunjungan kebeberapa tempat untuk mengetahui jenis-jenis batuan serta formasi yang terdapat di Karangsambung ini. Tempat-tempat tersebut antara lain, Kali Muncar, Desa Pucangan, tepi Sungai Luk Ulo (Kaki bukit Sipako).
a. Kali Muncar
Pada Lokasi ini terdapat batu rijang, termasuk batuan sedimen dengan tempat pengendapannya pada laut dalam.  Batuan ini berselang-seling secara vertikal dengan batu gamping merah, yang merupakan batuan sedimen juga. Batu rijang ini berwarna merah hati, sedangkan batu gampingnya berwarna merah mudah.
Gambar7. Batu Rijang merah selang-seling gamping merah (bawah) dan batu lava bantal (atas)
Diatas rijang merah terdapat batuan dari lava yang dikenal dengan lava bantal, merupakan batuan beku yang berasal dari lava basalt. Tidak jauh dari lokasi batuan ini, terdapat singkapan batu lempung bersisik yang juga merupakan batuan sedimen.

Gambar8. Batu Lempung Bersisik
Batuan rijang termasuk batuan sedimen. Batuan ini merupakan batuan sedimen laut dalam (± 4000 meter dibawah permukaan laut). Batuan ini sangat keras dan kompak dan bersifat silikaan. Mengandung kristal kuarsa yang saling mengikaat sehingga nampak seperti dilapisi kaca (sernivitreous) dan mengandung amorphous silica (opal). Batuan ini terbentuk oleh proses pengendapan pada dasar samudera. Batuan ini kaya akan fosil renik Radiolaria yang berukuran kurang lebih 1/100 mm. Biasanya batuan ini berasosiasi dengan batugamping merah. Didaerah Karangsambung, fosil ini menunjukkan umur Kapur, yaitu sekitar 85 juta hingga 140 juta tahun yang lalu.
Batugamping merah juga termasuk batuan sediment. Batuan ini termasuk kedalam batugamping klastik yang halus hasil dari transport oleh arus dengan energi lemah di laut dalam yang masih memungkinkan terbentuknya larutan karbonat. Warna merah merupakan hasil pengotoran mineral lain seperti minera hematit atau bisa juga akibat oksidasi besi. Batuan ini ralatif keras dan biasanya berasosiasi dengan sedimen laut dalam seperti rijang.
Batuan gamping merah dan rijang secara teori merupakan batuan yang hanya bisa ditemui di Dasar lautan. Dan batuan ini terbentuk dari proses sedimentasi dari hasil pelapukan batuan yang kemudian mengalami transport ke laut. Sedimentasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Sedimentasi di dasar laut dangkal. Contohnya Gamping.
b) Sedimentasi di dasar laut dalam (lebih dari 4000m). Contohnya Rijang (chert) Batuan dari samudra yang terbentuk 60-140 juta tahun yang lalu bisa ditemui di Karangsambung. Menurut ilmu geologi hal ini terjadi dikarenakan Karangsambung dahulunya merupakan daerah subduksi, yaitu zona pertemuan 2 lempeng, lempeng benua Eurasia dan lempeng samudra Hindia. Pertemuan lempeng samudera akan menunjam kebawah dikarenakan berat jenis yang lebih tinggi dibandingkan lempeng benua. Penunjaman terus berlangsung sampai ke perut bumi yang mempunyai suhu dan tekanan yang tinggi, sehingga batuan menjadi meleleh kemudian ada yang muncul keluar dari perut bumi. Singkapansingkapan batuan kuno yang ada di Karangsambung perlahan muncul di permukaan dikarenakan erosi tanah. Jadi bisa disimpulkan bahwa
Karangsambung dahulunya merupakan batuan dasar lautan. Namun sekarang sudah berubah pertemuan lempeng yang terjadi adalah lempeng benua Australia dari selatan menuju utara ke lempeng Eurasia. Pertemuan 2 lempeng ini disinyalir sebagai penyebab munculnya rangkaian gunung-gunung api di Indonesia (Sumatra, jawa, bali , Lombok). Dengan adanya gunung-gunung api, maka akan terbentuk batuan-batuan beku dari magma.
Batuan gamping merah dan rijang ini termasuk batuan sedimen, dimana ciri umumnya berlapis-lapis. Batuan sediment yang ditemui di Karangsambung lapisannya vertical, hal ini dikarenakan tekanan dari aktifitas tektonik selama berjuta-juta tahun. Untuk gamping merah materi penyusunnya sebagian besar dari kalsium yang terikat karbonat CaCO3. Sedangkan Rijang kebanyakan tersusun atas silica SiO2 dan besi. Dari segi warna gamping berwarna merah terang dan rijang merah gelap. Dari segi tekstur gamping lebih kasar dan berpori sedangkan rijang lebih halus. Untuk membedakan batuan gamping merah dengan rijang dilakukan pengujian dengan larutan asam (HCl aq). Dengan reaksi-reaksi sebagai berikut:
·         Gamping Merah
CaCO3  + HCl → CaCl2 + CO2 +H2O
Artinya, gamping akan bereaksi dengan asam. Hal ini disebabkan karena komposisi kalsium menyebabkan gamping merah bersifat basa.
·         Rijang
SiO2 + HCl → tidak bereaksi.
artinya Rijang tidak bereaksi dengan asam
Jadi, salah satu cara untuk membedakan antara batuan gamping merah dan rijang adalah denga cara menetesi batuan tersebut dengan HCl.

Sedangkan batuan basalt termasuk pada jenis batuan beku yang berasal dari letusan gunung api, lebih tepatnya gunung api dasar laut. Prosesnya berawal dari pemekaran lantai samudra, kemudian muncul gunung api yang memuntahkan lava. Selanjutnya lava membeku ketika terkena air laut. Prinsipnya seperti membuat cendol ketika masih panas seketika masuk kedalam air, kemudian membeku ditambah dengan adanya tekanan hidrostatis menyebabkan batuan berbentuk bulat. Bentuknya bulat lonjong sehingga sering disebut pillow lava. Batuan basalt ini biasanya berwarna hitam dan bersifat asam.
Batuan Lempung bersisik merupakan batuan sediment. Biasanya pada zona dasar subduksi akan akan ditemui massa dasar yaitu lempung hitam, warnanya hitam mengkilap. Hal ini disebabkan gesekan antar lempung (uplift), akan tetapi akibatnya batuan menjadi mudah rapuh. Bila dilihat dari strukturnya batuan lempung hitam termasuk pada boudinade sehingga bisa mengetahui arah gaya. Adanya tekanan membuat batuan menjadi memipih (foliasi) dan memanjang, melempung sehingga struktur menjadi bersisik (scaly clay / lempung bersisik).
b. Desa Pucangan
Pada daerah ini terdapat batuan Serpentinit, yang tergolong dalam jenis batuan Metamorf. Batu ini berwarna hijau, bertekstur masif, serta berkilap. .Strukturnya slincken side, Nonfoliasi. Batuan asalnya merupakan batuan beku ultramafik yang telah mengalami proses methamorfosis yang berhubungan dengan air laut.[1] Batuan Serpentinit merupakan batuan metamorf yang terbentuk dari mineral serpentin akibat perubahan basalt dasar laut yang bertekanan tinggi pada temperatur rendah. Mineral serpentin tergolong dalam kelas mineral Silikat yaitu Phyllosilicates.[3] Kemudian batu ultrabasa bergerak bersama lempeng samudera,kemudian masuk zona subduksi, terjadi proses penunjaman disertai metamorfosa kedua menjadi batu serpentinite, dan terakhir muncul ke luar perut bumi disertairetak-retak dikarenakan tekanan.
Jadi, singkatnya magma (peridotite, dunite)-batu ultrabasa-serpentinite. Serpentinite sering digunakan sebagai sumber mineral, contohnya pembuatan asbes, talc, dll. Batuan ini bersifat rapuh (kekar). Serpentinite juga mempunyai sifat magnetis (nonfoliasi).
Gambar9. Batu Serpentinit
Mineral Serpentin mengandung chrysotile yaitu mineral serpentin yang mengkristal membentuk serat tipis yang panjang. Mineral serpentin memiliki beberapa senyawa kimia antara lain:
• Antigorite; (Mg, Fe)3 Si2 O5 (OH)4
• Clinochrysotile; Mg3 Si2 O5 (OH)4
• Lizardite; Mg3 Si2 O5 (OH)4
• Orthochrysotile; Mg3 Si2 O5 (OH)4
• Parachrysotile; (Mg,Fe)3 Si2 O5 (OH)4
Berikut karakteristik Batu Serpentinit:
·         Warna Hijau kehitaman, cokelat, merah dan hitam
·         Kekerasan 2,5-5
·         Bidang Belahan (Cleavage) Tidak ada
·         Kilauan (Luster) Berminyak atau lilin
·         Bentuk Kristal Ortorombik, monoklin, dan heksagonal
·         Berat Jenis 2,5-2,6
·         Goresan Putih
c. Tepi Sungai Luk Ulo (Kaki bukit Sipako)
Pada daerah ini terdapat singkapan batu Filit, yang termasuk kedalam jenis batuan Metamorf. Batu filit ini merupakan hancuran batu pasir dengan komponen greywacke yang mengalami proses metamorfisme dengan tekanan tinggi dan temperature rendah. Derajat metamorfismenya Rendah-intermediet. Berwarna hitam, abu-abu, berekstur lapidoblastik (terdiri dari mineralmineral tabular). Strukturnya Filitik, terlihat rekristalisasi yang lebih kasardari slaty cleavage, sudah mulai terjadi pemisahan mineral granular (segresi) tetapi belum sempurna. Ukuran butirnya halus.
Gambar10. Sungai Luk Ulo dengan kaki bukit Sipako yang menyimpan batu Filit.
Batu ini, lebih tepatnya untuk jenis batu filit warna hitam, berasal dari lempung hitam yang sudah kaya akan karbon (C). Bertekstur Lepidoblastik (Terdiri dari mineral – mineral yangtabular). Prosesnya berawal dari daerah palung , kemudian masuklah mineralmineral organic terutama karbon, kemudian lempeng samudera masuk zona subduksi, kemudian menerima panas dan tekanan, kemudian berubah menjadi filit. Batuan ini memiliki microfault (sesar minor) yaitu adanya garis lekukan-lekukan pada batuan berukuran kecil.
Sebenarnya, pada tepian sungai Luk Ulo ini terdapat banyak sekali jenis-jenis batuan sedimen dan malihan yang tercecer disepanjang tepi sungai. Contohnya ada sekis mika, batu kapur, konlongmerat, diabas, dan masih banyak lagi. Disini akan dibahas lebih dalam lagi mengenai batu sekis mika serta diabas.
Batu sekis mika terdapat pada lintasan Kali Brengkok. Genesis batuan ini terjadi pada kuarsa tinggi yang kemudian termalihkan menjadi granit atau pasir kuarsa. Warna dominan batuan adalah abu – abu dengan bintik putih dengan tekstur sekistos dan mineral yang terkandung ialah mika. Batuan ini berasal dari lempeng benua dengan umur sekitar 117 juta tahun. Sekis mika ini merupakan batuan tertua yang tersingkap di Pulau Jawa.
Gambar11. Batu sekis mika di lintasan kali Bengkok
Batu diabas sebenarnya terdapat dikawasan Gunung parang. Gunung Parang merupakan hasil intrusi magmatis yang diduga merupakan kelanjutan dari jalur magmatis selatan Pulau Jawa dan Sumatera.
Batuan Diabas di Gunung Parang merupakan batuan beku basa yang terbentuk akibat tumbukan antara lempeng benua dengan lempeng samudera yang kemungkinan terjadi pada kala Miosen. Tumbukan tersebut menyebabkan terjadinya partial melting batuan menjadi magma yang bersifat basaltik (magma yang komposisinya kaya Fe dan bersifat relatif encer). Magma basaltik ini kemudian mengalami alih tempat menuju kerak benua bagian bawah, kemudian mengalami fraksinasi dan diferensiasi sehingga membentuk magma diabas yang selanjutnya tersingkap di permukaan bumi sebagai Gunung Parangan dengan menerobos Formasi Karangsambung.
Diabas Gunung Parang merupakan tubuh intrusi sill. Hal tersebut berdasarkan adanya bidang kontak antara lempung Formasi Karangsambung dengan diabas di sekitar Kali Jebug dan kenampakan struktur lava bantal di Watutumpang.
Secara petrografis batuan diabas menunjukan struktur diabasic atau ophitic dan tersusun oleh mineral plagioklas (labradorit, bytownit), piroksen (augit, hypersten, enstantit dan diopsid), magnetit, sedikit klorit, serisit serta mineral karbonat. Batuan diabas termasuk langka terutama di Indonesia karena untuk membentuk batuan jenis ini diperlukan kondisi tertentu, apalagi Indonesia merupakan wilayah yang termasuk dalam deret busur gunungapi memiliki tipe gunungapi kerucut sehingga magma yang dihasilkan secara umum adalah magma andesitik.


BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1.    Geomorfologi Karangsambung terdiri dari satuan daratan pada daerah aliran sungai (DAS) Luk Ulo, satuan perbukitan lipatan , satuan perbukitan-pegunungan Kompleks Melange serta lajur Pegunungan Serayu Selatan.
2.    Daerah Karanagsambung mempunyai berbagai jenis batuan yang sangat kompleks, mulai dari batuan beku yang terdiri dari Diabas dan Basalt (lava bantal), batuan sedimen yang terdiri dari Rijang, Gamping Merah, dan Lempung Bersisik, serta batuan metamorf yang terdiri dari Serpentinit, Sekis Mika dan Filit.


DAFTAR PUSTAKA
[1] Wibowo, Pradana Adi. Laporan Observasi Geologi Karangsambung Kebumen. 2013.
[2] Mulyaningsih, Eris. Laporan Kuliah Lapangan Morfologi Stratigrafi dan Litologi serta Pengukuran Strike dan Dip di Sebagian Daerah di Karangsambung.2013.
[3]Nurulhakim, Alma Arif Iqbal. Kumpulan KKL Karangsambung.2011.
(http://kumpulankkl.blogspot.com/ diakses pada 11 Januari 2014 pukul 14.30 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar