Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Bapak saya
adalah seorang buruh yang bekerja serabutan, dan ibu saya adalah seorang ibu
rumah tangga yang terkadang membantu pekerjaan dapur tetangga saya, sedang adik
saya masih duduk dikelas dua SMP. Walaupun secara ekonomi keluarga saya bukan
termasuk kalangan berada, namun saya bersyukur karena keluar saya dan adik saya
tidak kekurangan kasih sayang. Keluarga kami selalu berlimpah kasih sayang dan
perhatian satu sama lain sehingga walaupun perekonomian kami kurang, namun kami
tetap merasa bahagia karena masih bisa berkumpul satu sama lain.
Bapak
saya adalah seorang yang penyayang. Beliau merupakan tipe orang yang tidak
banyak bicara, tenang dan selalu menyerahkan pilihan ditangan anak
masing-masing namun tetap mengikutsertakan nasihat bijaknya tentunya. Bapak
saya benar-benar memperhatikan keinginan anak-anaknya serta berusaha keras agar
keinginan sang anak bisa tercapai. Karena tipenya yang pendiam, maka Bapak saya
jarang sekali memarahi anak – anaknya. Bapak saya akan benar-benar marah ketika
kelakuan saya sudah melampaui batas. Karena sifat Bapak yang demikian itu maka
saya dan adik saya lebih nyaman berada didekat Bapak saya.
Ibu
saya adalah sosok yang berbeda sekali denagan Bapak saya. Jika Bapak saya
adalah sosok pendiam, maka Ibu saya adalah sosok yang sangat cerewet. Tapi saya
kira itulah cara khas seorang ibu dalam memberikan perhatian kepada
anak-anaknya, dimana terkadan sifat cerewetnya membuat saya kangen kala tidak
bertemu. Ibu saya termasuk orang yang berpendirian keras, apa yang beliau
katakan itulah yang harus saya lakukan saat itu juga. Terkadang saya merasa
tertekan karena saya merasa ibu saya terlalu menuntut anaknya untuk melakukan
ini-itu. Namun saya sadari semua itu demi kebaikan saya.
Sedangkan
adik saya, adalah sosok yang haus akan perhatian menurut saya. Dia selalu
menentang apa saja yang dilarang untuknya. Dia sama keras kepalanya dengan ibu
saya, sehingga sering terjadi ribut-ribut kecil diantara keduanya. Menurut ibu
saya sifat adik saya berbeda 180 derajat dengan saya, saya terlalu penurut
sedang adik saya suka menentang. Tapi saya kira saya juga sama keras kepalanya
dengan adik saya untuk beberapa hal yang menurut logika saya itu benar.